Tiara melihat Andhika yang baru saja keluar dari Ruang Guru dengan wajah kesal. Pertanyaan muncul dalam pikirannya, mungkin kah Andhika mendapat nilai jelek lagi hingga keluar dari Ruang Guru dengan wajah kesal? Tapi pikirannya menolak, Tiara merasa Andhika sudah belajar sangat giat, bahkan Ia menyaksikan sendiri perkembangan Andhika yang sangat terlihat jelas. Malah beberapa kali saat mendapat tes dari Damar, pria itu dapat mengerjakan semua soal lebih cepat darinya dengan jawaban tepat. Tiara berjalan menghampiri Andhika.
"Kok muka lu kusut gitu?" Ucap Tiara sambil menghadang laju Andhika.
Tiara membentangkan tangannya menghalangi laju dari Andhika. Mata Tiara dan Andhika saling menatap namun tak ada sepatah kata pun terucap dari mulut Andhika. Saat Tiara masih dalam kebingungannya, Andhika berjalan berbelok arah menghindari hadangan yang ada di depannya. Dengan sigap Tiara menghadangnya kembali.
"Pasti ada yang ga beres. Gue mau tau apa yang bikin lo kaya gini?" Tangan Tiara memegangi kedua lengan Andhika.
"Sore ini di Sanggar." Jawab Andhika singkat lalu pergi menjauh.
Tiara heran pada pria yang satu ini yang sebelumnya selalu bersemangat. Tapi hari ini sikapnya sangat berbeda. Ia yakin pasti ada sesuatu yang besar terjadi hingga membuat Andhika kelihatan sangat terguncang. Namun tak satu pun kesimpulan yang tercipta dalam pikirannya.
Mata Tiara beralih tertuju pada Damar yang baru saja muncul dari pintu Ruang Guru. Ia langsung berlari mengejar Damar berharap ada sesuatu yang bisa menjawab kebingungannya akan sikap Andhika.
"Pak! Pak Damar!" Sambil berlari dengan nafas teremgah, Tiara menanggil. "Itu...Andhika kenapa Pak?" Tiara menghadang Damar dan berbicara dengan nafas memburu.
"Kita bicarakan sore ini di Samggar." Ucap Damar sambil berlalu pergi seperti terburu-buru.
Keheranan Tiara semakin memuncak saat melihat guru dan sahabatnya seperti memiliki pikiran yang sama. Ia bingung karena para pria itu seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Rasa penasarannya sudah tidak bisa menunggu lagi hingga sore nanti, Ia ingin jawaban secepatnya.
Tiara memutuskan untuk pergi ke Sanggar lebih dulu dan menunggu disana. Kebetulan kunci Sanggar itu ada padanya karena kemarin belum sempat Ia kembalikan pada satpam sekolah. Lorong-lorong kelas di lewatinya sambil terus menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa sadar, lamunannya terpecah karena pintu sanggar sudah ada di depannya. Tiara pun masuk lalu menunggu.
"Masih siang udah overthink gini. Rileks Tiara rileks." Tiara kesal pada dirinya sendiri karena terus terpikir kejadian itu.
Tiara merogoh ponsel dari tasnya lalu menyambungkannya ke pengeras suara yang ada di Sanggar. Alunan lagu Gotta Go Home dari Boney M, mengisi keheningan yang ada disana. Beat khas disko era 70an dan 80an memang menjadi favoritnya. Tubuhnya seolah tidak bisa menahan untuk tidak berdansa saat irama-irama disko lawas itu menggapai telinganya. Sambil menghadap cerimin, gerak tubuh luwes Tiara terus mengikuti alunan lagu. Raut wajahnya terus berubah menunjukan setiap emosi yang ingin disampaikan melalui tariannya.
Saat berdansa, Tiara seperti terhipnotis hingga tak menyadari sedari tadi Andhika dan Damar sudah berdiri didepan pintu Sanggar memperhatikannya. Mata Tiara seakan terkejut saat melihat dua pria itu dari pantulan cermin dan seketika tariannya terhenti. Damar dan Andhika serentak bertepuk tangan memberikan apresiasi pada penampilan yang baru mereka tonton.
"Sejak kapan kalian disana?" Ucap Tiara sambil buru-buru mematikan lagu.
"Lima menit. Mungkin." Jawab Andhika sambil melirik ke arah jam tangan miliknya.
"Udah lama dong? Kok ga kedengeran suara pintu ngebuka?" Nada ketus Tiara menutupi rasa malunya.
"Pintunya ga ditutup." Ucap Damar santai sambil masuk kedalam Sanggar lalu duduk di sofa yang berada diujung ruangan.
Beberapa saat setelah itu ruangan seketika hening. Tiara diam menunggu salah satu dari dua pria itu membuka pembicaraan tentang apa yang terjadi tadi siang. Namun, tak sepatah kata pun terucap dari mulut Damar dan Andhika. Keduanya hanya diam seperti sama-sama sedang memikirkan sesuatu.
"Ga ada yang mau cerita soal yang tadi siang?" Tiara memecah keheningan.
Kepala Andhika terbangun lalu menatap Tiara. Tak lama pandangannya mengarah ke Damar yang hanya memberikan gestur gerakan kepala sebagai isyarat untuk Andhika bercerita. Tiara semakin bingung terhadap tingkah kedua pria di hadapannya itu.