Karsa

Ananda Galih Katresna
Chapter #13

Pusat Perhatian

Beberapa hari sudah berlalu semenjak perencanaan di Sanggar tempo itu. Beberapa hari itu pula Albertus dan Andhika terus berlatih untuk mematangkan persiapan mereka menjelang penampilan yang akan dilakukan di Kantin. Setiap inti dari rencana itu sudah dipersiapkan dengan matang. Namun, dalam diri mereka sekarang lebih mementingkan bagaimana agar penampilan mereka benar-benar bisa menghibur semua orang yang ada di Kantin. Tujuannya agar mereka mendapatkan perhatian penuh dari semua orang disana. Setidaknya mereka ingin menunjukan pada semua siswa bahwa ada hal yang menyenangkan yang bisa dilakukan di SMA Karya.

Hari yang mereka tunggu pun datang. Pagi itu Andhika dan Albertus datang lebih pagi untuk sekedar mempersiapkan peralatan yang akan mereka gunakan. Layaknya seorang musisi profesional, hari ini mereka membawa alat musik sendiri ke Sekolah. Andhika membawa kajon miliknya dan Albertus membawa gitar miliknya. Tadinya Albertus ingin memainkan piano untuk pertunjukan itu karena itu keahliannya. Namun Andhika melarangnya karena akan terlalu sulit untuk membawa alat musik besar seperti piano.

Sebetulnya di Sanggar pun tersedia alat musik yang lengkap yang biasa mereka gunakan saat berlatih. Namun, membawa alat musik sendiri adalah ide Andhika untuk memancing perhatian dari murid lain. Benar saja, saat mereka datang ke Sekolah, beberapa murid memperhatikan Andhika dan Albertus. Wajar saja, karena sekolah memang sudah lama tidak mengadakan ekstrakulikuler atau kegiatan musik. Tapi dua anak ini tiba-tiba membawa peralatan musik kesekolah. Rencana mereka berhasil membuat siswa yang melihat mereka menjadi terlihat penasaran.

"Tas gitarnya simpen disini aja. Biar ga ribet." Ucap Andhika sambil menyimpan tas kajon miliknya diatas kursi di sudut Sanggar.

"Oh oke Kak." Albertus mengeluarkan gitar miliknya dari wadahnya. Sebuah gitar berwarna kayu dengan dihiasi beberapa stiker band yang menempel pada badan gitar.

"Udah gue bilang panggil nama aja, gue gasuka dipanggil Kak."

"Maaf, belum terbiasa." Albertus tersenyum canggung.

Suara bel tanda jam istirahat terdengar hingga ke Sanggar. Albertus dan Andhika memang lebih dulu meninggalkan kelas sebelum jam istirahat tiba dengan alasan ke toilet. Padahal itu salah satu dari rencana mereka juga agar bisa siap sebelum semua siswa keluar dari kelas.

"Saatnya pertunjukan." Andhika mengulurkan tangannya pada Albertus lalu melakukan fist bump.

Andhika membawa kajon miliknya dengan sebelah tangan lalu dengan percaya diri berjalan keluar dari Sanggar. Albertus pun mengikutinya dari belakang sambil membawa gitar ditangannya. Kedua pria muda ini berjalan dengan penuh percaya diri menyusuri koridor kelas menuju ke arah Kantin. Tatapan yakin terpancar dari wajah mereka saat melewati beberapa siswa yang memperhatikan setiap langkah mereka. Rasa gugup yang muncul dalam diri mereka berusaha ditutupi dengan baik oleh langkah mantap menuju area pertunjukan mereka.

Beberapa saat kemudian, sampailah kedua orang itu di Kantin. Benar saja perkiraan Andhika, Kantin itu ramai dipenuhi oleh siswa. Sejenak mereka berhenti lalu menghela nafas untuk menghilangkan rasa gugup yang makin menyelimuti diri mereka. Andhika menyimpan kajon miliknya di sisi depan Kantin lalu mendudukinya. Begitupun Albertus yang menggantungkan gitar miliknya pada pundaknya menggunakan tali yang terpasang pada gitar. Beberapa siswa mulai memperhatikan mereka. Termasuk Tiara dan Intan yang duduk bersamaan sambil mempersiapkan ponsel untuk merekam penampilan itu.

"Perhatian!" Ucap Andhika sambil memukuli kajon yang didudukinya beberapa kali.

Suasana kantin yang ramai seketika berubah hening saat Andhika mulai berbicara. Setiap pasang mata siswa yang berada disana mulai mengalihkan perhatiannya pada Andhika dan Albertus. Beberapa dari mereka memasang tatapan heran terhadap apa yang akan dilakukan Andhika saat itu. Termasuk Dimas yang juga berada disana bersama teman-temannya.

"Kalian ngerasa bosen gak sih sama rutinitas Sekolah yang gitu-gitu aja? Setiap hari cuma masuk kelas, belajar, makan siang terus pulang. Emang kalian ga pengen gitu ada kegiatan lain selain itu?" Ucap Andhika dengan suara lantangnya.

"Ngapain sih lo caper! Ganggu jam makan siang aja." Teriak Dimas dengan wajahnya yang tengil seraya diikuti tawa ledekan dari dirinya dan teman-temannya.

Beberapa orang menoleh ke arah Dimas yang berbicara. Termasuk Andhika dan Albertus. Tapi Andhika tidak menghiraukannya dan melanjutkan berbicara. "Kita semua manusia, sekali-kali pasti butuh hiburan." Ucapnya.

"Si bangsat gue dicuekin." Dimas menggerutu sendiri.

"Hari ini kami mau coba menghibur watu makan siang temen-temen semua." Ucap Alebrtus lantang sambil tersenyum.

"Bilang aja mau ngamen!" Teriak Dimas yang berusaha memancing emosi dari Andhika. Namun usahanya kembali tidak didengar oleh Andhika dan Albertus. "Bangsat gue dicuekin lagi." Dimas kembali menggerutu.

Albertus menoleh ke arah Andhika memberikan kode untuk memulai pertunjukan. Andhika melihat itu lalu mulai memberi ketukan aba-aba. Keduanya mulai memainkan alat musik itu secara bersamaan dan menghasilkan nada yang enak di dengar. Gebukan Andhika pada kajon nya juga petikan gitar Albertus mulai mengisi seisi Kantin dengan musik. Terdengar mereka memainkan intro lagu Pandangan Pertama dari Ran. "Yang tau lagunya boleh bantu kami nyanyi." Ujar Albertus. Suara indah Albertus mulai bernyanyi.

"Lama ku memendam rasa di dada

Mengagumi indahmu, wahai jelita

Tak dapat lagi kuucap kata

Bisuku diam terpesona

Dan andai suatu hari kau jadi milikku

Tak akan kulepas dirimu, oh kasih

Dan bila waktu mengizinkanku untuk menunggu

Dirimu

Kurasa ku tlah jatuh cinta

Pada pandangan yang pertama

Sulit bagiku untuk bisa

Berhenti mengagumi dirinya"

Beberapa siswa yang berada disana mulai mengikuti irama dan mulai ikut bernyanyi bersama. Beberapa siswa lain malah ikut bernyanyi sambil merekam pertunjukan itu. Melihat hal itu, rasa gugup yang sedari tadi menyelimuti Albertus mulai hilang karena melihat respon dari penontonnya yang ikut bernyanyi bersamanya. Melihat itu, Dimas yang sedari tadi duduk disana mulai berbegas pergi bersama teman-temannya. Albertus melanjutkan nyanyiannya.

"Seiring dengan berjalannya waktu

Akhirnya kita berdua bertemu

Oh diriku tersipu malu

 Melihat sikapmu yang lucu

Dan andai suatu hari kau jadi milikku

Tak akan kulepas dirimu, oh kasih

Dan bila waktu mengizinkanku untuk menunggu

Dirimu"

Lihat selengkapnya