Dentang bel terdengar menandakan jam istirahat sekolah tiba. Saat itu Andhika dan Tiara keluar kelas dengan agak terburu-buru untuk melaksanakan tugas yang diberikan Damar pada mereka. Saat itu mereka akan menemui beberapa teman yang menjadi saksi secara langsung keributan yang terjadi saat turnamen basket lebih dari dua tahun lalu. Sebelum hari ini, Andhika juga Tiara sudah membuat janji terlebih dahulu pada narasumber mereka. Jadi yang mereka lakukan hari ini tinggal membuat video dengan mereka semua saja.
Mereka berdua berjalan kearah depan sekolah, tepatnya ke arah Pos satpam. Mereka sepakat untuk membuat video itu disana karena hanya itu tempat yang tidak akan terlalu ramai saat jam istirahat. Terlebih lagi disana mereak sudah mengenal dekat dengan satpam yang berjaga, sehingga tidak akan ada gangguan saat mereka menjalankan rencana.
Mata Andhika langsung tertuju pada Pos Satpam yang terlihat masih sangat sepi. Memang sesuai dengan tujuannya untuk datang lebih awal dari narasumber yang akan diwawancarainya. Ia tidak mau membuat ornag lain menunggu lamakarena dirinya.
"Sesuai perkiraan disini pasti gak terlalu rame." Ucap Andhika.
"Terus mana mereka?" Tiara menanyakan keberadaan narasumber yang dibicarakan Andhika.
"Bentar lagi juga dateng. Tunggu aja."
Mereka berdua pun duduk dipelataran Pos Satpam menunggu. Tanpa disadari, dari kejauhan Dimas yang sedang berjalan sendirian melihat keberadaan mereka berdua yang sedang duduk di Pos Satpam. Dimas menjadi penasaran terhadap apa yang sedang dilakukan Andhika dan Tiara disana. Disaat siswa lain memanfaatkan waktu istirahat untuk makan di Kantin, tapi kedua orang ini malah ada disana. Terlebih lagi, rasa penasaran yang ada di dalam diri Dimas muncul setelah kemarin dirinya membuntuti Albertus yang memasuki Sanggar. Ia merasa hal itu ada hubungannya dengan Andhika yang berada disana sekarang.
Tak lama kemudian, Dimas melihat ada dua orang pria dan seorang wanita yang berjalan menghampiri Andhika. Rasa penasarannya semakin besar, Ia ingin tahu apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan. Dari kejauhan Dimas melihat mereka semua bersalaman lalu seperti sedang membicarakan sesuatu yang penting. Ia pun berinisiatif untuk mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam kejadian itu.
Setelah itu Dimas melihat Tiara mengeluarkan ponsel dan mulai merekam video percakapan disana. Dari yang dilihatnya, Dimas langsung bisa menebak kegiatan mereka adalah semacam wawancara. Tapi dirinya masih belum mengetahui apa yang sebenarnya dibicarakan oleh mereka disana karena jarak nya mengawasi terlalu jauh. Ia ingin berusaha mendekat agar bisa tahu pasti percakapan mereka. Namun jika terlalu dekat, dirinya takut ketahuan sedang mengawasi.
Terpikir oleh Dimas sebuah cara untuk bisa mengetahui arah pembicaraan Andhika dan yang lainnya disana. Ia menyimpan ponselnya lalu pergi menghampiri seorang siswa yang kebetulan sedang lewat didekatnya.
"Bro! bantu gue dong." Ucap Dimas.
"Kenapa?" Jawab siswa itu singkat.
"Lo liat mereka disana." Dimas menunjuk ke arah Andhika dan yang lainnya. "Coba lo lewat kesana terus dengerin sekilas apa yang lagi di omongin mereka." Tambahnya.
"Nguping maksud lo? Ogah dah." Jawab siswa itu ketus seraya berjalan pergi meninggalkan Dimas.
Wajah Dimas berubah kesal karena penolakan yang dilakukan siswa itu. Tapi, dirinya tidak kehabisan akal. Ia merogoh saku kemeja seragamnya lalu mengeluarkan selembar uang pecahan dua puluh ribu. Setelah itu Ia mengejar siswa tadi dan menahan laju nya.
"Cuma lewat doang. Ini imbalannya." Dimas menyodorkan uang yang ada ditangannya pada siswa itu.
Siswa itu terdiam sejenak melihat uang yang ada ditangan Dimas saat itu. "Cuma segitu?" Ucapnya meremehkan.
Dimas kembali merogoh saku celananya lalu mengeluarkan uang pecahan lima puluh ribu. Ia menatap sejenak uang itu. Harapannya Ia menemukan pecahan uang yang lebih kecil, namun malah uang itu yang keluar dari saku celananya. Dimas belum menyodorkan uang itu namun siswa yang berada di depannya langsung merebut uang itu.
"Tunggu disini!" Ucap siswa itu lalu pergi menghampiri kerumunan Andhika di Pos.
"Sialan!" Dimas menggerutu sendiri.
Ada rasa kesal dalam diri Dimas karena dirinya serasa telah kerampokan. Namun apa boleh buat, hanhya itu caranya agar bisa lebih dekat mengawasi tanpa ketahuan. Dari jauh Ia melihat siswa suruhannya itu berjalan perlahan melewati Andhika yang masih melakukan wawancara disana. Tak ada kecurigaan dari mereka disana sedikitpun. Kekesalan dalam diri Dimas mulai memudar karena sepertinya rencananya berhasil. Tak lama siswa suruhannya itu kembali ke arahnya.
"Yang gue denger cuma turnamen basket sama keributan." Ucap siswa itu pada Dimas lalu pergi.
Sejenak Dimas terdiam berfikir maksud dari turnamen basket dan keributan. Namun tak lama Ia langsung tersenyum licik. Ia langsung mengetahui maksud dari percakapan itu. Hal itu semakin meyakinkannya bahwa kegiatan yang dilakukan Andhika kemarin saat di Kantin juga hari ini di Pos pasti berhubungan dengan Albertus yang pergi ke Sanggar secara diam-diam.
"Kena lo semua!" Dimas berbicara sendiri sambil tersenyum licik.
Di Pos satpam itu Andhika juga Tiara sudah selesai melakukan tugas mereka untuk mencari bukti. Mereka terlihat sedikit lega karena satu dari beberapa tugas yang diberikan pada mereka sudah selesai tanpa hambatan. Andhika dan Tiara merasa rencana mereka untuk mewawancara di Pos Satpam adalah hal tepat karena tempat itu memang sepi. Namun yang tidak disadari adalah selama tadi melakukan wawancara mereka diawasi oleh Dimas.
Setelah itu mereka berdua kembali ke kelas melanjutkan jam pelajaran. Masih ada satu misi yang belum selesai yaitu meminta keterangan dari saksi diluar siswa SMA Karya. Tapi Andhika sudah merencanakan itu semua. Mereka akan melanjutkan rencananya sepulang sekolah. Untuk saat ini setidaknya satu hal sudah mereka selesaikan.