Gadis anggun itu bernama Klarisa. Ia kakaku. Kami berbeda setahun. Namun entah bagaimana kami bersamaan kuliah. Aku memang selalu mengikutinya dari sejak kecil ia masuk taman kanak-kanak. Ia sekarang semester 2. Sementara aku masih masa orientasi. Pagi itu Pak Yahya, seorang Rektor Kampus berdiri di depan kami. Tepat diatas panggung Aula. Semua berkumpul dalam satu ruangan besar. Semua jurusan ada disana. Klarisa duduk diseberang garis grup barisanku. Fakultas Seni dan Fakultas FMIPA sedang mengikuti penyambutan mahasiswa baru. Dengan pakaian hitam putih duduk berderet di Aula Kampus. Pak Rektor asik menyampaikan visi misi dan sempat melempar pertanyaan ke audience. Kami menyimak dengan cermat. Terik mentari di lapangan seolah meredam malu karena semangat membara mahasiswa yang siap menaklukkan hari-harinya di kampus demi membangun sebuah mimpi. Sama halnya denganku dan Klarisa.
“Siapa kira-kira diantara kalian yang berani menggantikan saya disini menyebutkan visi misinya masuk ke program studi andalan?
Entah apa yang mendorong tanganku menaikkannya. Aku ingin menurunkan kembali namun terlanjur sudah dilihat banyak pasang mata.
“Ya..silahkan, gadis kecil diseberang sana," Pak Rektor memanggilku kecil. Mungkin karena badanku sedikit ramping dan berwajah imut. Aku positif thingking saja. Aku gugup dan berusaha menyembunyikannya. Dengan jantung yang dag-dig-dug. Aku berjalan ke depan dan berdiri di samping Pak Rektor. Dia tersenyum dan mempersilahkanku berbicara.
Aku berdiri tepat didepan jejeran dosen dan mahasiswa. Ada wajah Klarisa disana. Ia melototiku. Seolah pandangannya berbicara aku tak boleh salah ucap.
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam,” teriak hampir semua bersamaan.