Kasih Ibu Sepanjang Malam

Indah lestari
Chapter #4

Wartawan pemburu berita #4

Pagi ini Deri mulai bersiap untuk meliput berita, ia harus menyiapkan stamina yang full supaya bisa mengikuti mahasiswa berdemo hingga selesai.

"Ngopi dulu, Bung, biar santai," ujar salah satu teman mahasiswanya yang bernama Ogi.

Deri mendapat bocoran kabar dari Ogi mengenai agenda apa saja yang akan mahasiswa lakukan hari ini. Menurutnya ini merupakan demo yang patut diacungi jempol oleh masyarakat indonesia, sebab di era presiden kali ini masyarakat sangat takut untuk menyampaikan pendapatnya.

Ogi berpendapat bahwa demo mahasiswa hari ini akan mengubah nasib negara di masa depan, karena seluruh masyarakat Indonesia sudah bosan hidup susah dan selalu dikekang oleh pemerintah.

"Sarapan dulu, Mas. Biar kuat." Salah satu teman Ogi yang duduk di sebelah Deri ikut bersuara.

Ia terus menawarkan makanannya kepada siapa pun yang ada di dekatnya, meski hanya memakan nasi dengan telur dadar dan sayur labu, itu tidak menjadikannya orang yang rendah diri, karena di hadapan Tuhan semuanya sama, rendah dan hina.

"Iya terima kasih, tadi sudah sarapan di rumah." Deri menolak dengan sopan sambil tersenyum ramah.

Deri sudah menjadi wartawan selama kurang lebih setahun, dia hanya bisa memandangi para mahasiswa dan mahasiswi yang sedang bersiap untuk melakukan aksi damai hari ini.

"Ayo kita bersiap sekarang, sudah mau mulai acaranya." Ogi berseru kepada seluruh teman-temannya yang sedang nongkrong di warung kopi tersebut.

Mendengar seruan Ogi, semua orang yang ada di warung kopi tersebut bangkit dari duduknya dan segera melangkahkan kakinya ke tempat berkumpul.

"Ogiii ... Ogiiii ...!"

Terdengar teriakan seorang bapak begitu Ogi bergegas meninggalkan warung kopi, beberapa orang menoleh ke asal suara, beberapa dari mereka ikutan memanggil Ogi.

"Ogi dipanggil, tuh," ucap Deri, sambil mencolek pundak Ogi, tangannya juga menunjuk posisi bapak tersebut.

"Ah iya, itu bapakku." Ogi mengangguk ketika menyadari bapaknya memanggil, ia segera berlari menghampiri bapaknya.

"Ada apa, Pak?" tanya Ogi sesampainya di hadapan bapaknya.

Bapak tua berusia 70 tahun itu tiba-tiba saja menyodorkan sebuah dompet ke hadapan Ogi. "Ini dompet kamu ketinggalan." 

"Oh iya, Pak, terima kasih." Ogi segera mengambil dompet tersebut dari tangan bapaknya.

"Kalau sudah selesai cepat pulang, ya, Nak. Bapak sangat khawatir," pesan bapak kepada anak semata wayangnya itu.

"Iya Pak, nanti Ogi cepat pulang. Ogi pamit dulu ya, Pak. Acaranya sudah mau dimulai." Ogi segera pamit pada bapaknya, sebelum pergi dia mencium tangan beliau terlebih dahulu.

Dengan tatapan cemas, pria tua itu memandangi anaknya yang pergi berlalu untuk berkumpul kembali dengan teman mahasiswanya yang lain.

"Duuh Gusti, perasaan apa ini, ya Allah, hamba mohon lindungilah anak semata wayang hamba." Bapak Ogi berdoa dalam hati, ia mengusap dadanya beberapa kali untuk menenangkan diri.

Lihat selengkapnya