Kasih Ibu Sepanjang Malam

Indah lestari
Chapter #10

Pada Akhirnya Semua Akan Jatuh #10

Eni tidak tahu apakah ia akan melompati kaca jendela itu atau tidak. Apalagi dadanya sudah mulai sesak, pikirannya sudah tidak bisa fokus. Perjuangan Eni hingga di titik ini hanya untuk menyelamatkan Tari, bocah yang pernah mengisi hari-harinya, bocah yang menyadarkan Eni untuk tetap berjuang dan melakukan yang terbaik, meskipun tidak ada orang yang akan peduli, karena hanya dengan ketulusan bisa membuat Tuhan selalu mengasihi hamba-Nya, meskipun penuh dosa.

Beberapa langkah lagi menuju lubang pecahan kaca, tubuh Eni terjatuh, begitupun dengan tubuh Tari yang ikut terjatuh. Eni baru sadar, ternyata Tari bukan sedang tertidur, melainkan sedang pingsan, mungkin pingsan karena rasa takut yang sangat besar serta kepulan asap dan hawa panas yang sudah bisa membuat apa pun menjadi terpanggang.

“Allahu Akbar! Allahu Akbar! Ya Allah, hamba bertaubat!”

“Tuhan, maafkan kami! Tuhan ....”

Sekumpulan orang di lantai bawah berteriak padu. Semuanya berkumpul di satu titik, tidak bisa untuk naik ke lantai atas. Mereka terjebak dan dikelilingi oleh api yang membara. Satu per satu manusia sudah terbakar, mereka menjerit kesakitan, sementara yang lain hanya bisa membaca do'a, menunggu giliran untuk ikut terpanggang bersama yang lain.

Teriakan demi teriakan tidak henti-hentinya terdengar. Nyali Eni menjadi semakin ciut, tubuhnya mulai gemetar ketakutan. Rasanya ia sudah tidak kuat lagi untuk bertahan. Aroma daging bakar menyeruak tercium. Eni semakin bergidik ngeri. Dalam pikirannya, sudah banyak orang yang hangus terpanggang di lantai bawah.

Eni hampir putus asa. Namun, manik matanya tidak sengaja melihat pria yang melompat terjun dari lubang kaca jendela itu. Eni jadi memiliki tenaga untuk bangkit kembali dan meraih kembali Tari untuk digendong.

Kakinya melangkah sambil tertatih. Ia melihat ke bawah untuk memastikan perkataan pria yang baru saja melompat tersebut. Benar saja, ia melihat sekumpulan orang sedang menunggu di bawah, mereka membantu orang-orang yang ingin melompat terjun ke bawah.

“Ayo, Mbak! Lompat! Jangan takut!" teriak bapak-bapak yang ada di bawah, tepat di area parkiran mal tersebut.

Tanpa pikir panjang Eni segera melompat. Ia terjun bersama dengan Tari. Ia bahagia bisa menyelamatkan diri dan menyelamatkan Tari. Ia bahkan memeluk Tari dengan erat sambil tersenyum.

Tubuh Eni mendarat selamat di atas kasur. Segera saja beberapa orang lelaki di sana mengangkat Eni dan Tari ke ambulan untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.

Deri mendapat laporan di pager-nya, bahwa Mal Klender telah hangus terbakar. Banyak orang yang telah terjebak di dalam mal tersebut ikut terpanggang dilalap api. Deri menjadi turut prihatin dan ikut sedih atas kejadian yang telah menimpa negaranya hari ini, yang mungkin akan menjadi sesuatu hal yang bersejarah bagi rakyat Indonesia di masa depan.

Ibu Amalia tidak henti-hentinya berteriak histeris begitu mendapat laporan bahwa semua usahanya dijarah dan ludes dibakar oleh massa. Semua toko besar miliknya telah dituduh dan difitnah memiliki hubungan kerjasama dengan orang Cina, hingga para penjarah datang dan mengambil semua barang yang ada di dalam toko.

“Mah, sudah ya. Nanti kita buka usaha baru lagi,” ucap Ferry yang mencoba menenangkan ibunya.

“Sudah gimana?! Kita sudah bangkrut Ferry! Sudah tidak bisa buka usaha lagi! Mama bisa gila, Ferry!!” teriak Bu Amalia sambil menarik pangkal rambutnya tanpa henti dan akhirnya ia tertawa kegirangan. “Hahaha .... Kita kaya, Ferry! Kita Kaya!”

Seluruh para pekerja di rumah menyaksikan bagaimana majikannya telah hilang kewarasan. Mereka menjadi kasihan kepada Ferry dan ibunya.

Ferry menitikkan air mata. Ia masih tidak menyangka ucapan ibunya bisa dalam sekejap dikabulkan oleh Tuhan. Ia tidak tahu dosa apa saja yang telah ibunya perbuat, hingga bisa mendapat balasan seperti ini.

Usaha yang dibangun oleh Ferry juga tidak jauh berbeda. Seketika harga sahamnya jatuh tersungkur. Ia dinyatakan bangkrut oleh pemerintah. Hutangnya menjadi menumpuk di mana-mana. Para pekerja yang ada di rumahnya sadar dengan hal ini. Sehingga satu per satu pekerja tersebut mengemasi barang-barangnya dan siap untuk angkat kaki dari rumah tersebut.

Lihat selengkapnya