KASUS 831

Novi Assyadiyah
Chapter #3

KASUS MALING AYAM: KECEPATAN YANG MEMBAWA KASUS BARU LAINNYA

Kesalahan Mila dan Bayu dalam mengungkapkan tersangka sebelumnya tidak membuat keduanya menyerah. Keesokan harinya, Mila mencoba memantau tersangka awal yang merupakan seorang laki-laki paruh baya. 

Mila memilih bersembunyi dan menunggu Bayu di gang sebelah kediaman Juragan Ayam. Mila sendiri sudah memberi peringatan kepada Juragan Ayam untuk mengawasi ayam-ayamnya, tapi ia meremehkan Mila karena seorang anak kecil dan sekarang ia tidak ada di kediamannya. Bahkan katanya Mila tidak perlu khawatir karena ia sudah memasang jimat yang dibelinya dari orang pintar yang bisa menangkal kesialan. Namun menurut Mila jimat yang dipasangnya tidak ampuh karena ia melihat tersangka memasuki kediaman Juragan Ayam.

Laki-laki paruh baya itu seperti diberi keberkahan berlimpah oleh sang pemilik. Ia sampai menyewa mobil pick up dan diam-diam akan memasukan ayam-ayam yang dicuri ke dalam mobil. Celakanya lagi, laki-laki paruh baya itu berani melakukan aksinya di siang hari karena suasana perumahan yang sedang sepi. Satu atau dua warga yang melintas pun tidak curiga. Mungkin mereka berpikir bahwa laki-laki paruh baya itu hanya suruhan Juragan Ayam untuk memindahkan ayam-ayamnya ke dalam mobil untuk dijual. Tapi siasat itu tidak mempan kepada Mila, ia tahu bahwa Juragan Ayam sedang tidak menjual ayamnya. Informasi itu didapat ketika Mila yang meminta Juragan Ayam untuk menjaga ayam-ayamnya. 

“Aduh… ini gak ada satu pun orang yang patroli di siang hari juga? Seharusnya kan Pak RW semakin ningkatin keamanan di lingkungan kalau sudah tahu di cap sebagai lingkungan dengan kasus Maling terbanyak!” Gerutu Mila dengan pelan karena ia khawatir laki-laki paruh baya itu berhasil kabur dan baru ingat bahwa Pak RW kekurangan orang dan dana untuk merealisasikan ‘keamanan tingkat tinggi itu’. Dua hansip yang diandalkannya pasti sedang patroli di tempat lain. Mila juga tidak bisa bertindak gegabah dan harus berhati-hati karena seorang diri.

“Nah, itu Bayu! Bay!!!” Bisik Mila karena takut ketahuan yang tidak bisa terdengar oleh temannya itu. Ia mencoba melambaikan tangannya ketika laki-laki paruh baya itu tidak melihatnya agar Bayu bisa tahu dimana keberadaan Mila. Mila ingin segera meminta tolong kepada Bayu untuk memanggil Pak RW dan bala bantuan lain agar menangkap pelaku. 

“Bay! Bay! Di sini!” Bisik Mila masih terus berusaha yang tidak terlihat oleh Bayu yang terus berusaha mencari Mila juga. Kemudian pencariannya terhenti ketika Bayu tidak sengaja beradu tatap dengan laki-laki paruh baya yang sedang menggendong ayam di tangannya dan melihat ke arah mobil pick up yang sudah terisi beberapa ekor ayam. “MA-MALING!” Ucap Bayu dengan refleks karena terkejut hingga mulutnya menganga. 

“Aduh gawat!” Mila menepuk jidat nya karena sudah terbayang skenario selanjutnya yang akan terjadi. Laki-laki paruh baya itu langsung kabur dan berlari sambil membawa seekor ayam yang dibawa nya tadi. Bayu yang masih terpaku teringat kejadian dirinya yang tidak bisa menolong orang-orang yang dihadang oleh orang-orang dengan badan kekar saat kejadian di Kota Jakarta dulu. Ada keraguan apakah kali ini ia bisa menolong atau membuat situasi semakin sulit karena memikirkan Maling Ayam yang ketahuan pasti akan bersembunyi di suatu tempat jika berhasil kabur.

“Bay! Ayo kita tangkap dan tolongin ayamnya!” Teriakan Mila yang baru keluar dari persembunyiannya menyadarkan Bayu. Bayangan seorang Nenek yang muncul dan menyuruhnya pergi untuk menyelamatkan diri dari kebakaran mall di Kota Jakarta membuat Bayu tergerak untuk menangkap maling itu. 

Dulu mungkin aku gak bisa selamatkan Nenek dan yang lainnya. Aku juga gak bisa balas orang-orang jahat yang menyakiti kalian. Tapi, kali ini aku pengen selamatkan ayam itu dan menangkap malingnya agar mendapatkan hukuman yang seharusnya!. Ucap Bayu dalam hati sambil ikut berlari dengan Mila mengejar Maling Ayam itu. 

Aksi kejar-kejaran Mila, Bayu, dan Maling Ayam menarik perhatian para warga yang sedang ngopi di warung karena Bayu terus meneriaki laki-laki paruh baya itu dengan sebutan 'maling'. Para warga yang sedang ngopi langsung ikut mengejar Maling Ayam tersebut. Mengetahui banyak bantuan dadakan datang, Mila dan Bayu semakin antusias untuk ikut menangkap. Namun karena antusias Mila dan Bayu berlebihan hingga membuat lari mereka semakin kencang, keduanya mendapatkan masalah baru. 

Masalah baru karena keduanya tak sengaja menabrak Teh Melati yang sedang membawa Guci Keramik dengan motif bunga hingga membuat Guci Keramik bawaannya jatuh ke aspal hingga pecah saat Mila dan Bayu kesulitan mengerem larinya.

Hal itu membuat Mila dan Bayu terdiam membeku seperti patung. Mereka seketika melupakan usaha yang selama ini dilakukan untuk mengejar Maling Ayam itu. Bagi Mila kesadarannya bukan perihal mengejar maling lagi, ia sepenuhnya sudah menyerahkan maling itu kepada para warga yang membantunya. Sama halnya dengan Bayu yang menyadari bahwa kali ini ia tidak bertindak sendirian dan memilih untuk mempercayakan para warga yang ikut mengejar menangkap pelaku.

Pikiran Mila dan Bayu dipenuhi dengan prediksi harga Guci Keramik yang sudah pasti tidak murah dan memikirkan bagaimana keduanya bisa mengganti rugi. Mila juga takut akan dimarahi oleh keluarganya karena ia berjanji tidak akan merugikan siapapun dan bertanggung jawab atas kegiatannya sebagai seorang pelajar kelas sembilan dan seorang detektif. 

Lihat selengkapnya