KASUS 831

Novi Assyadiyah
Chapter #5

MALAPETAKA PRADUGA

Kursi plastik yang disimpan di luar gedung balai RW itu sudah memiliki penghuninya. Suhu yang semakin dingin karena semalam hujan membuat Gugun menyesali datang terlalu pagi di hari Minggu yang dikatakan kedua temannya itu akan ada kegiatan kerja bakti. Selama tiga puluh menit menunggu, barulah Gugun melihat beberapa warga mulai berdatangan dengan membuat kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang untuk sekadar bergosip menunggu kegiatan dimulai.

Dalam diamnya demi mencapai kedamaian dalam hati karena kedua temannya yang terlambat, Gugun memutuskan untuk melihat genangan air di dekatnya. Namun lamunan yang hampir sempurna itu buyar oleh seorang Ibu-ibu yang mendekat dengan menanyakan kabar Gugun yang sudah lama tidak dilihatnya. 

“Eh, Gugun? Apa kabar?” 

“Baik, Bu!” Balas Gugun yang sebenarnya terkejut dengan kedatangannya, tapi ia mencoba mengendalikan ekspresinya agar tidak menyinggung.

“Tah gitu atuh, keluar rumah! Jangan ngendog terus. Harus bisa ikhlasin yang sudah berpulang duluan mah. Doain dari sini, biar tenang Alm. Aa nya!” Mendengar kalimat itu membuat Gugun tidak bisa berkata-kata. Bibirnya seketika kelu untuk sekedar menanggapi. Wajahnya pun datar yang membuat Ibu itu masuk ke dalam suasana canggung yang diciptakannya. 

"Eh meni diem wae! Ibu mah cuman kasih tahu. Jangan pundungan jadi orang teh!" Lanjut Ibu itu yang kali ini membuat Gugun dengan refleks melontarkan kata-kata yang menyinggungnya.

"Bukan urusan Ibu!" Ucap Gugun yang datar hingga membuat Ibu itu pergi dengan kesal. Lalu kepergiannya itu diganti dengan seorang laki-laki yang tidak dikenal Gugun.

“Apa yang diomongin Ibu tadi ada benarnya. Kamu harus segera berdamai dengan rasa sedihmu karena gak baik kalau terus menerus dinikmati.” Ucap Laki-laki asing itu yang memiliki suara menenangkan dengan postur tubuh yang menurut Gugun sudah mencapai ideal. Tapi walaupun suaranya menenangkan, perkataannya tidak bisa membuat Gugun tenang.

Suara bisik-bisik dari para gadis yang kini menatap keduanya karena kehadiran laki-laki itu membuat Gugun risih. Mungkin ini yang dirasakan Bayu dulu jika gadis-gadis di sekolahnya berusaha menarik perhatian Gugun hanya untuk sekedar disapa atau dibalas senyuman.

“Maaf ya, Kang. Saya gak kenal Akang maupun Ibu tadi. Jadi saya harap kedepannya Akang gak ikut campur apa yang saya rasakan dan saya lalui.” Jelas Gugun yang merasa harus menegaskan kali ini bahwa dirinya sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.

“Kamu Gugun kan? Adiknya Alm. Haidar. Saya kenal Haidar karena saya pernah ketemu dia di Jakarta waktu dia minta bantuan.” Ucap laki-laki itu mencoba menjelaskan dan berusaha akrab dengan Gugun. 

“Iya terus? Akang kan kenalnya sama Kakak saya bukan sama sayanya.” Balas Gugun dengan sedikit ketus. Ia tidak mengerti mengapa semua orang terus ikut campur dalam perasaan yang sedang dialaminya. Kehadiran laki-laki yang tidak dikenalnya sekarang membuat suasana hatinya semakin memburuk.

“Saya juga pernah kehilangan, jadi sedikitnya paham apa yang kamu rasakan.” Ucap laki-laki itu yang Gugun balas dengan ketidakpeduliannya. 

Saat ia pergi untuk mengambil sesuatu yang ia lupa bawa, Gugun merasa lega karena orang yang mengganggu ketenangannya sudah pergi dari hadapannya. Tapi, ketenangannya seperti diuji lagi dengan kedatangan Mila dan Bayu yang berlari ke arahnya dengan terburu-buru.

“Gun! Maaf kamu jadi nunggu lama, tadi aku sama Bayu tiba-tiba di suruh bantuin Mama nya Bayu nyiapin nasi kuning yang mau dijualnya. Ma-maaf sekali lagi ya!" Jelas Mila yang membawa beberapa alat kebersihan dan membagikan kepada Gugun yang dibalas anggukan kepala karena Gugun sendiri malas untuk mengkritik. Sebagian energinya sudah terkuras akibat Ibu-ibu dan laki-laki asing yang tidak dikenalnya tadi.

"Ngomong-ngomong, kamu kenal sama Kang Andre?” Tanya Bayu yang sudah penasaran karena dari kejauhan ia melihat Gugun sedang berbincang dengan target yang akan diselidiki.

“Nggak kenal.”

“Itu yang baru aja pergi dari sini, yang tadi ngobrol sama kamu, dia itu Kang Andre yang bakal kita selidiki!" Jelas Mila yang paham kenapa Gugun tidak mengenali Kang Andre. Keluarga Gugun baru pindah ke lingkungannya satu tahun delapan bulan yang lalu ketika Kang Andre masih ada di Kota Jakarta.

“Oh!” 

Lihat selengkapnya