Kata Arunika

Dian Fitriana
Chapter #1

Diary 1st Year#Sepatu Cantik

Sepatu Putri Arunika

Mereka berjalan beriringan dengan semangat, baru saja mereka bermain suit semut dan gajah secara berkelompok. Kelompok yang kalah harus berlari sekencang-kencangnya agar tidak tertangkap si pemenang.

Aku berada diantara mereka, berhenti lalu menolehkan kepalaku ke belakang, suara khas seorang ibu memanggil-manggil mencari seseorang, “Halooo, siapakah gerangan putri pemilik sepatu cantik ini?”

Dikejauhan terlihat sepasang high heels yang sedang kebingungan tertinggal di hamparan lapangan coklat kemerah-merahan. Oh iya benar itu sepatuku.

Ya hari itu aku baru lolos seleksi guru inspirasi, bertemu banyak sekali rekan guru yang memiliki mimpi yang sama tentang pendidikan di Indonesia.

Saking senangnya aku lupa memakai kembali sepatuku. Aku pun menjemput sepatu cantik itu memandangnya sejenak

“Hai sepatu cantik, nampaknya sampai di sini kau menemaniku ya. Terima kasih telah menemani perjalananku.” kata Arunika.

Aku menengadah ke atas, sinar mentari yang hangat menyambutku, menembus celah-celah rimbunan daun diantara rerantingan yang melukis langit. 

Aku pun menjinjing sepatu cantikku saat itu untuk terakhir kalinya.

Hingga seorang ustadzah ramah yang baru ku kenal menyambut dan menjabat tanganku dengan erat, “Bu Arun, Assalamualaikum, Ma’annajah!”

 

 

 

 

Mobil Cinta

“Arun, itu mobil cinta kita sudah datang,” kata Adeela sambil menepuk pundakku, menyadarkanku yang tengah asyik membuka lembar demi lembar halaman buku.

Aku pun mengalihkan pandangan, kulihat sebuah mobil merah jambu semakin mendekat ke arah kami. Scarfku seperti menari terhembus angin pagi, aku yang hari itu sudah rapi dengan kemeja putih berbalut overall, sepatu bootsku pun telah siap mengantarku menjelajahi dunia baru.

“Kita jangan sampai terlambat Deel, perjalanannya kan lumayan jauh banget nih,” kami pun naik mobil merah jambu itu.

Tak tahu juga sejak kapan warna merah jambu menjadi idientik dengan cinta. Tapi tak apalah aku suka menyebutnya dengan mobil cinta, kedengarannya lucu juga.

  Dengan sedikit menghela napas setelah memulai langkah perjalanan melintasi tiga kota, kota dimana gedung-gedung pencakar langit berumah, lalu singgah sebentar di sebuah kota yang terkenal dengan belimbing dewanya untuk kemudian bertemu mobil cinta yang akan membawa kami ke tujuan akhir, ya kota hujan.

Lihat selengkapnya