A Nice Boy
“Bu Arun, itu ada jamur di dekat tangga. Jamurnya bilang apa Bu?” memandang wajahku dengan penuh tanya.
“Hmm bilang apa ya, sepertinya dia bilang selamat pagi Abil. Selamat bersekolah!” imajinasiku pun mulai bermain seperti mendapat tantangan pertanyaan tiba-tiba, dari seorang bocah laki-laki.
Abil teman sekelas Rhei yang sangat cerdas, kritis, dan penganalisa yang baik. Si penyuka mobil ini, setiap hari ia sering memakai kaos bergambar berbagai bentuk mobil. Kulitnya sawo matang, matanya yang berbinar, dan senyum kecilnya yang manis. Dia suka bertanya sangat detail, hampir saja membuatku kehabisan jawaban.
Analisator satu ini tidak begitu mudah untuk beradaptasi dengan orang lain, dia akan mempelajari orang yang sedang ada dihadapannya, biasanya dia akan memberi respon “Freeze” (Diam) sebelum dia memutuskan untuk berbicara dengan orang baru ia kenal.
Itulah Adek Abil begitu aku memanggilnya, untung saja dari awal sekolah ia dapat menerimaku, dan cepat memahami arahanku, tapi sayang waktu itu ia hanya sedikit mau berbicara denganku.
Saat buka kelas ia belum mau ikut menari dan bernyanyi, dia hanya memperhatikanku dalam diam.
Ketika aku dan para murid sedang mengerjakan prakarya. Bu Pelita masuk ke dalam kelas dan melihat kegiatan yang sedang kami lakukan, ketika beliau menyapa Abil, langsung saja ia menjadi “Freeze”, ia tertunduk malu tak mau berbicara dalam beberapa waktu, sampai Bu Pelita memutuskan untuk meninggalkan kami.
“Adek Abil sedang buat apa?” dengan ramah Bu Pelita bertanya kepada Abil.
Abil malah semakin diam, mematung tak bergerak selama beberapa saat.
“Oke nanti kalau sudah jadi apa yang Abil buat, kasih tahu Bu Pelita ya.” akhirnya Bu Pelita memaklumi sikapnya kala itu.
Dan ketika Bu Pelita meninggalkan kami, Abil pun kembali berbicara, eh malahan dia balik bertanya tentang Bu Pelita.
“Bu Pelita mau apa ke sini, Bu Arun?” tanya Abil dengan wajah penasaran.
“Bu Pelita ke kelas, mau tahu Abil sedang buat apa?, lain kali dijawab ya nak tidak perlu malu” lalu dia pun kembali melanjutkan membuat karya.
Abil memang sedikit pemalu, tapi dibalik itu ia adalah anak yang kuat dan seorang pelari yang sangat cepat.
Seperti biasa setelah buka kelas aku membacakan buku untuk anak-anak yang berjudul Ada yang Bisa Dibantu.
Buku tersebut menceritakan kisah anak yang senang membantu orang-orang disekitarnya, ketika membacakannya aku mengibaratkan anak yang di buku itu adalah Abil dan Rhei, dan orang yang dibantu adalah orang-orang yang ada di sekolah atau rumah.
Setiap aku membuka lembaran dari buku tersebut, langsung saja Abil berkata.
“Itu adek Abil sedang bantu ayah.” seru Abil antusias mendengarkan bacaanku.
Rhei pun tak mau ketinggalan, “Itu ada adek sedang bantu Bu Arun.” telunjuknya pun menunjuk ke halaman buku bergambarkan anak perempuan yang membantu wanita dewasa di dekatnya.
“Iya semua hebat, senang membantu orang lain.” kataku dengan nada gembira memberi pujian kepada mereka.
***
Keesokan harinya, matahari telah menampakkan wajahnya dengan riang, itu tandanya aku harus segera bersiap masuk kelas.
Aku tengah mempersiapkan sebuah kotak berisikan buku dan perlengkapan kegiatan belajar mengajar.
Ketika keluar dari kantor sambil membawa kotak bukuku, aku melihat seorang pria kecil sedang berdiri di dekat pintu kantor. Yup, ternyata Abil sudah datang, dan masih menungguku, kelihatannya sudah beberapa waktu lalu ia berdiri di depan teras.
Langsung saja aku menghampirinya seraya berkata.
“Adek Abil masih di sini, adek menunggu Bu Arun ya? yuk kita ke kelas.”
Abil mengangguk mengiyakan. Saat aku mengajaknya berjalan, adek Abil masih diam di tempatnya, dari raut wajahnya sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu.
Ku hampiri sekali lagi, ”Hai Bil, ayo kita ke kelas nak.”
Tiba-tiba Abil mengatakan sesuatu kepadaku dengan malu-malu.
“Bu Arun, ada yang bisa dibantu?”
Mendengar kata Abil, seolah aku masuk dalam dunia cerita sebuah buku yang baru saja kemarin aku bacakan. Tak menyangka secepat ini, ia dapat mengikuti pesan baik sebuah buku.
Masya Allah, Abil muridku yang diam itu ternyata ia memperhatikan setiap apa yang kukatakan.