“Mba Arun, sedang buat apa?” tanya ibuku, suasana masih gelap, ayam pun masih terlelap dalam tidurnya. Tidak dengan ibuku, aku kerap kali mendapatinya tengah menengadahkan tangan diantara kesunyian malam.
Aku pun berkata, “Mba sedang buat pelangi untuk display di kelas, kemarin tidak sempat karena kegiatannya full, niatnya sih tadi malam mau buat pelanginya, eh malah ketiduran,” sambil terus mewarnai gambar pelangiku.
Ibu ku hanya tersenyum melihatku, ia yang selalu mendukungku, dan percaya aku bisa melakukan yang terbaik.
Selepas isya aku mudah sekali untuk tidur, menjadikan kebiasaanku memasang alarm jam dua dini hari.
Alarm untuk salat tahajud. Setelah selesai salat, biasanya aku tidur lagi sebentar sampai tiba waktu subuh. Kali ini tidak, aku harus menyelesaikan gambar pelangiku, karena hari ini Rhei dan Abil akan belajar tentang warna pelangi.
Eemm..., banyak sekali keuntungan bangun pagi ya, aku masih punya waktu untuk memeriksa persiapanku menghadapi hari. Sebenarnya ada perasaan kecewa dalam diri, kenapa pelanginya tak ku kerjakan tadi malam saja, jadikan tidak terburu-buru mengarsirnya.
Aku merasa kurang optimal dalam mempersiapkan hari itu, sehingga aku merasa pelangi itu menjadi biasa saja. Tapi tetap saja aku harus bersyukur, karena masih sempat membuatnya, ya pagi itu jam empat pagi tepatnya.
***
Saat kegiatan belajar berlangsung adalah saatnya untuk menunjukkan gambar pelangiku kepada anak-anak.
Ketika ku keluarkan gambar pelangiku dari tas. Langsung saja Rhei berkata “Wow pelanginya indah Bu Arun.” matanya seolah takjub seperti melihat pelangi sungguhan.
Abil juga ikut berbicara, ”Iya indah sih, tapi kenapa awannya warna biru, seharusnya warna putih, langit yang warna biru bu.”
Ups!!! Betul juga kata Abil, sepertinya aku keliru. Abil si kritis itu kembali mengingatkan, diusianya memang anak-anak seusia Abil melihat segalanya secara konkret.
“Baiklah Abil, nanti aku ganti ya maaf dan terima kasih sudah mengingatkan aku.” jawabku.
Tak menyangka mereka pun berebut gambar pelangi untuk dipasang di papan display.
“Bu Arun, adek bantu pasang ya? Awannya juga aku satu Abil satu.” kata Rhei dengan pandangan penuh harap.