Perjalanan Tanpa Rhei
Hari yang ditunggu datangnya oleh setiap anak, ya kami akan melakukan perjalanan ke Museum Serangga.
Malam hari sebelum berangkat, aku menyiapkan dua buah kartu nama bentuk kupu-kupu, satu kupu-kupu berwarna pink untuk Rhei dan kupu-kupu berwarna biru untuk Abil. Aku sudah membayangkan anak-anak pasti akan senang sekali melihat berbagai serangga di sana.
Sangat disayangkan, malam itu aku mendapat kabar dari Ibu Sisi bahwa Rhei baru saja mendapat musibah. Rhei jatuh dari sepeda ketika berboncengan dengan teman bermainnya. alhasil kaki, sebagian wajah dan dadanya lecet-lecet, lukanya cukup dalam dan banyak, sehingga putri kecil ini pun tak dapat ikut pergi esok harinya.
Sedih, saat ia mengabariku aku hanya dapat mendengar suara tangis Rhei dari ujung telepon saja.
Mendapat berita itu akupun mengelus dada dan termenung sesaat, sambil memandang kupu-kupu untuk Rhei yang kubayangkan akan ia pakai, sedih rasanya tapi semua hal kembalikan kepada Allah yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Dan pagi itu aku tetap bersemangat menyambut hari, berjalan diantara udara dingin. Aku berangkat lebih awal karena aku harus menjemput Abil.
Ku kabarkan pada Abil bahwa Rhei tidak dapat ikut kegiatan hari ini.
“Kenapa?” tanya Abil seperti biasa, wajahnya seketika lesu.
Aku pun menceritakan kepada Abil tentang keadaan Rhei, sehingga tampak murung wajah Abil, mendengar kabar teman satu-satunya itu kini tak dapat pergi dengannya.
“Nak, nanti di sana kita akan bertemu dengan teman dari sekolah lain di sana.” Aku mencoba meyakinkan Abil bahwa hari ini akan tetap menyenangkan.
Abil kecil yang terkadang bersikap seperti dewasa pun langsung tersenyum lagi, lalu mengambil ransel, kemudian mengajak ayah naik ke mobil. Tak lupa aku membawakan topi Mc Queen kesukaan Abil, khawatir kalau nanti mentari terik disana.