Kata Arunika

Dian Fitriana
Chapter #6

Diary 1st Year#What a Nice Kids!

What a Nice Kids!

“Rhei, Bu Arun pinjam payungnya ya!”, kataku seraya mengambil payung Rhei yang berada di pojok kelas.

Rhei tengah bermain karet di kelas bersama anak-anak yang lain, cuaca begitu dingin karena hujan mengguyur sejak pagi, walaupun begitu anak-anak tetap semangat untuk berangkat ke sekolah mereka, jas hujan dan payung sudah disiapkan oleh mama dan papa, sehingga kami tetap dapat bermain seperti biasanya, tawa riang anak-anak laksana mentari yang menghangatkan suasana kala itu.

Semakin siang hujan rintik-rintik itupun tak jua reda. Saat snack time tiba, anak-anak langsung meletakkan kotak makan dengan rapi di depan kantor, ada sedikit halaman dan di sanalah kami biasanya makan snack bersama. Aku yang paling terakhir keluar kelas, karena harus merapikan mini speaker yang telah kami gunakan untuk menyanyi saat buka kelas.

Aku melihat Rhei tengah berlari ke arah toilet, “Bu Arun, adek mau izin ke toilet.” kata Rhei sepertinya dia sudah tidak tahan lagi.

Tiba-tiba Rhei keluar dari toilet dengan wajah agak malu, “Bu Arun, adek tidak keburu jadi sudah buang air kecil di celana.”

Aku pun menghela nafas, satu hal yang aku pelajari ketika menjadi guru Be calm and don’t be panic,  mendengar hal itu aku langsung tersenyum.

“Ok, Adek tetap disitu ya, kita ganti celana adek yang sudah basah, aku ambil celana ganti di tas, tolong adek bersihkan celananya, dibersihkan dengan air lalu di peras.” aku memaklumi hal itu, karena cuaca yang dingin membuat hampir semua orang ingin bolak-balik ke toilet. 

Setelah selesai snack time dan free play, kami melakukan kegiatan selanjutnya. Bermain karet menjadi pilihan kami waktu itu, selain melatih motorik kasar anak-anak, permainan itu juga dapat menambah kosakata, karena mereka harus menyebutkan misalnya nama-nama buah sebelum mereka melompat. Anak-anak terlihat asyik bepikir, buah apa ya yang akan mereka sebutkan.

Kini giliran Abil, dia terlihat memegang-megang celananya aku rasa dia sedang berpikir keras. Ups, tapi aku lupa karena sebelumnya kalau Abil memegang celana pasti dia ingin buang air kecil dan aku harus menanyakannya terlebih dahulu.

Kataku, “Abil, kamu ingin buang air kecil nak?”

Abil menganggukkan kepala, “He eh.” tapi sepertinya dia masih ingin menjawab permainan tadi.

Lihat selengkapnya