Kado Mungil
“Mario, dimana lagi ya sendoknya Farrel?” Aku melayangkan pandanganku pada Mario.
Bocah laki-laki kecil itu berwajah riang, rambutnya yang ikal, tubuhnya saat itu masih kecil dan terlihat kurus. Entah mengapa sejak pertama ia masuk, ia begitu senang mencandai teman sekelasnya Farrel.
Aku bertanya kembali padanya, karena untuk kesekian kali Mario sedang senang menyembunyikan barang-barang Farrel. Mulai dari botol minum, sendok, sampai meja belajar. Mario dengan wajah jenakanya pun tersenyum padaku,
“Sendok Farrel ada di tas Mario, Bu Arun.” mengambil sendok dalam tas, kemudian memberikannya padaku.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala, Ya Allah dia yang menyembunyikan dan dengan lugu dia mengembalikannya kembali. Pernah suatu hari, Farrel menangis karena kehilangan meja belajarnya. Setelah aku bertanya, ternyata Mario lagi yang menyembunyikan.
Aku hanya menampakkan raut wajah marah dan terdiam, ketika Mario mengembalikan meja Farrel sudah dalam keadaan rusak. Ternyata Mario melemparnya keluar kelas dengan maksud menyembunyikan meja, alhasil meja itu pun tercerai berai, aku pun meminta Mario meminta maaf dan bertanggung jawab memperbaiki meja Farrel.
Mario hanya anak-anak yang sedang berkembang akal dan kecerdasannya. Tidak terpikirkan untuk terburu-buru mengatakan ia nakal, iseng atau yang lainnya, karena aku yakin kata-kata itu doa. Ketika aku berbicara denganya baik-baik, dia pun segera memperbaiki meja Farrel.
“Mas Mario, kalau begitu kamu harus bertanggung jawab ya.” tegasku pada Mario kecil, aku tak ingin fase ini lewat tanpa kami mengambil pesan di setiap kejadian.
Lebih baik “think solution”, Aku akan menekankan kata tanggung jawab, agar anak-anak mengerti bahwa setiap perbuatan akan ada pertanggungjawabannya.
Aku mencoba mencari tahu dan berpikir positif pasti Mario mempunyai alasan mengapa dia melakukan itu.
Hari pun berganti hari, Mario terlihat begitu senang bersekolah. Kebiasaannya mencandai Farrel pun sudah berkurang. Mario anak yang sangat menyenangkan, dia sangat mudah untuk diberi semangat.
Ketika pembelajaran tema sayur, Mario mau mencoba makan sayur dan minum jus wortel dicampur strawberry. Padahal menurut pengakuan keluarganya, Mario agak susah makan, apalagi makan sayur. Demi mendapat stiker gambar sayur, dia pun mencobanya. Sesekali Mario terlihat menyinyirkan mulut karena tak biasa.
Bukan Mario namanya kalau tidak ada tingkah yang aneh-aneh. Ketika waktunya berganti pakaian, kami selalu menanamkan kemandirian, berganti pakaian sendiri, dan tepat waktu.
Tiba-Tiba Mario bersorak, “Bu Arun, aku sudah selesai.”