Kabar Kepindahan
Saat pengambilan rapor semester ganjil adalah saat yang tak pernah kami kira. Bu Sisi dan Pak Darma, terlihat dengan berat hati mengabarkan kepada kami belum bisa mengisi form daftar ulang untuk melanjutkan ke level selanjutnya di Sekolah Kayu.
Ternyata Bu Sisi harus melanjutkan studi ke Negara Kincir Angin, sehingga Rhei pun harus pindah rumah dekat dengan kantor sang ayah. Sepertinya Bu Sisi tengah mengkondisikan putri kecilnya agar siap menerima kenyataan bahwa ia harus pindah sekolah, dan begitupula kami guru-gurunya.
Ketika aku tengah menyiapkan speaker untuk kegiatan senam, seperti biasa Rhei selalu senang hati membantuku menyiapkan bahan ajar.
Tiba-tiba Rhei menyodorkan sebuah kertas kecil dan sebuah pena, “Bu Arun, nanti aku minta tolong untuk menuliskan nama-nama bapak dan ibu guru serta teman-teman ya, supaya aku tidak lupa.”
Mendengarnya berkata seperti itu, aku hanya menggangguk dalam hatiku berkata kakak Rhei namamu telah tertulis di hati kami.
“Kakak aku pasti akan merindukanmu.” Sambungku sambil memasang kabel charger laptop. “Kakak sedih tidak, ibu pergi ke Belanda? kakak kok tidak ikut?” tanyaku memandang wajah Rhei yang ada di sebelahku.
“Tidak Bu Arun, aku tidak ikut supaya ibu bisa fokus dan cepat selesai kuliahnya. Kalau adek ikut nanti ibu tidak selesai-selesai kuliahnya.”
Masya Allah mendengar jawaban Rhei aku hanya dapat bersyukur kepada Allah, tentang banyak hal yang aku pelajari darinya, putri kecil yang bijaksana.
Salat Berjamaah
Bu Sisi izin menjemput Rhei untuk melihat sekolah barunya. Beberapa hari yang lalu Rhei memperlihatkan kepadaku beberapa brosur sekolah dan meminta pendapatku.
“Bu Arun lihat deh, sekolah mana yang bagus untuk adek. Nanti kalau ibu sudah baca, panggil adek di TK B ya.”
Aku tak ingin terlihat sedih di hadapan Rhei, aku menerima lembaran brosur itu dengan tetap tersenyum padanya.
“Baik kakak, insya Allah Bu Arun akan baca ya.”
Dibalik senyumku setelah Rhei meninggalkanku bersama brosur-brosur itu, aku pun segera menengadahkan wajahku ke atas, tak kuasa membendung air mataku lagi.
***
Rhei kecil kini telah tumbuh besar, ia tak lagi cengeng seperti di saat pertama kali ia datang. Selepas melihat sekolah baru, Rhei kembali ke Sekolah Kayu.