Kata Arunika

Dian Fitriana
Chapter #15

Diary 3rd Year#Stop Mr. Fayyaz!

Stop Mr. Fayyaz!

Mengawali tahun ketiga aku tanpa Rhei pastinya serasa kurang sempurna. Tapi aku takkan pernah kehilangan sosoknya, aku masih menjaga komunikasiku dengannya dengan melalui pesan whatsapp.

Aku melanjutkan hobiku menulis jurnal harian, semua cerita tentang tahun pertama untuk mengobati rasa rinduku pada Rhei, dan setiap keunikan yang kutemukan yang ada pada diri Rhei dan juga murid-muridku yang mungil lainnya.

Kabar terakhir kami saling berkirim pesan, ia bercerita tentang celengan ayam pemberian Mama Bagus yang sudah penuh dan segera akan dipecahkan, itu keren sekali bukan, membeli barang impian hasil dari tabunganmu sendiri.

 

                                   ***

 

Langit tampak biru, mencerahkan perayaan pembelajaran kami, Independent Day. Semua anak berpakaian khas dari daerah masing-masing.

Kami kedatangan tamu seorang anak bernama Fayyaz murid baru kami yang jenius. Saat itu ia hadir pada perayaan hari kemerdekaan Indonesia di sekolah. Usianya tujuh tahun, berambut lurus dengan poni khas anak-anak. Ia menggunakan kaos dan celana jeans.

Seorang anak pindahan dari negara kanguru, Australia. Dia sempat tinggal di sana beberapa saat, bersama ibu dan ayah. Sebab itu Fayyaz kadang mengalami sedikit kesulitan berbahasa Indonesia, apalagi jika kami guru-guru berbicara terlalu cepat. Fayyaz yang terbiasa berbahasa Inggris, menjadi sebuah tantangan baru dalam berkomunikasi khususnya untukku.

Ini pertama kali Fayyaz datang ke sekolah. Dia begitu kelihatan sangat tertarik dengan kegiatan kami. Ketika kelas 2 SD akan menampilkan tarian saman. Ia dengan percaya diri maju ke pentas, bergabung bersama teman-teman. Anak-anak mempersilahkan Fayyaz untuk ikut serta, walaupun ia belum pernah mengikuti latihan sebelumnya.

Anak-anak begitu terlihat berusaha untuk menyelaraskan antara gerakan dan lagu. Tari Saman bukanlah tarian yang sederhana untuk seorang Fayyaz yang belum pernah mengikuti latihan. Takjub aku melihatnya, ternyata ia mampu menyelaraskan gerakannya dengan teman-teman hingga tarian pun berakhir dengan riuh tepuk tangan penonton, sungguh indah.

                                   ***

Selain cerdas, Fayyaz memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Hal ini yang membuat ia terkadang membuat hal-hal yang di luar dugaan. Seperti akhir-akhir ini ia senang sekali mengejar bebek-bebek peliharaan kami. Mungkin jika ia melakukannya sekali atau dua kali, wajar saja. Tapi ini sudah terlalu sering.

Setiap hari dia mengejar bebek-bebek itu hingga kelelahan. Karena Fayyaz tidak akan berhenti sebelum bebek itu tertangkap. Bahkan kalau saja bebek itu bisa mencari jalan untuk tidak bertemu Fayyaz, pasti si bebek akan berbelok mencari jalan lain.

Hal ini membuatku tak tahan untuk mengingatkan Fayyaz, ketika terulang lagi Fayyaz mengejar bebek.

 “Stop. Mr. Fayyaz!” Aku mencoba menghentikan Fayyaz.

“Emmm, I’m very love it, Miss Arun ” rengek Fayyaz padaku.

“If you love it, don’t disturb the duck, kalau boleh aku beri saran nih, bebeknya jangan sering dikejar, nanti dia stress loh.” Aku menunjukkan kekhawatiranku pada bebek-bebek di sekolah, berharap Fayyaz mengerti.

“Memang kalau bebeknya stress, kenapa?” sambil menatapku dengan penuh tanya.

“Kalau bebeknya stress, dia akan susah untuk bertelur yaz.” Sambil memberi sedikit penekanan pada intonasi suaraku.

“Oh okay miss, “ sambil mengangkat kedua pundaknya, mungkin tanda ia mulai mengerti.

Sejak aku menasehatinya, Fayyaz pun menahan diri untuk mengejar bebek-bebek kami lagi.

 

Lihat selengkapnya