Promise
“Bu Arun salihah besar, Alika dan Zivaa salihah kecil.” ucap Pilar sambil duduk dipangkuanku.
“Begitu bukan Bu Arun.” dia memastikannya lagi padaku.
“Aamiin Insyaallah.” jawabku
Aku meyakini bahwa setiap kata adalah doa. Maka aku membiasakan memanggil murid-muridku dengan sapaan saleh dan salihah. Awalnya mereka belum terbiasa. Malahan terkadang terlihat enggan jika aku memanggil mereka seperti itu.
Tapi lama kelamaan justru mereka yang mengingatkan aku. Terlebih jika aku sedang sibuk sendiri, mereka pun mencari perhatian dengan memanggilku.
“Bu Arun yang salihah, dengarkan aku dulu sebentar deh.” Begitu cara mereka menarik perhatianku kembali.
Alika si salihah kecil ini. Seorang gadis cilik yang awalnya sangat pendiam. Walaupun pendiam, Alika adalah seorang anak yang sangat mandiri. Ia mudah menerima arahan dan mampu mengerjakan sesuai dengan yang aku minta. Kalau pertama kali aku mengajar, aku punya Kimi seorang murid laki-laki yang mandiri, sekarang untuk versi murid perempuan aku punya Alika.