Kata Arunika

Dian Fitriana
Chapter #20

Diary 3rd Year#Kasir Cilik Yang Amanah

Kasir Cilik Yang Amanah

           Handphoneku berbunyi. Aku melihat ada sebuah voice note masuk. Siapa ya pikir ku? Pekan ini libur sekolah jadi pesan masuk di handphoneku agak jarang. Terlihat sebuah pesan dari Bunda Febri, ibu dari Zivaa seorang murid perempuan di kelasku. Ku dengar di sana suara seorang gadis cilik yang tengah sedih. Ternyata Zivaa yang mengirimkan pesan suara.

“Bu Arun, kapan masuk sekolahnya?”

“Zivaa kangen dengan Bu Arun dan teman-teman.”

           Mendengar suara Zivaa, aku pun juga menjadi rindu pada sekolah. Sabar ya kak, sebentar lagi liburan akan selesai, aku menjawabnya.

           Teringat akan Zivaa saat ia baru masuk sekolah. Kami harus mengganti sebutan untuk kegiatan belajar di sekolah dengan kata “Bermain”. Akhirnya ia pun senang datang ke sekolah hanya untuk bermain. Kegiatan itu berlangsung untuk beberapa waktu. Kini Zivaa sudah tahu bahwa ia sedang bersekolah. Malahan ia sekarang agak sulit untuk diajak pulang oleh ibunya yang sudah datang menjemput.

            Aku terbiasa memberi prolog kepada anak-anak tentang kegiatan yang akan dilakukan beberapa hari sebelumnya. Karena bagi anak-anak usia dini yang pengalaman hidupnya masih sedikit. Sangat perlu sebuah prolog, untuk memberikan gambaran kegiatan kepada mereka. Sehingga mereka lebih siap untuk menjalankannya.

Seperti ketika kegiatan pengusaha cilik. Aku menceritakan mengenai apa saja yang harus disiapkan dan bersama-sama menentukan siapa yang akan bertugas. Zivaa pun aku amanahkan sebagai kasir pada event kali ini.

           Ketika kegiatan dimulai. Semua anak sudah siap dan memenuhi tempat-tempat dimana ia harus bertugas. Sungguh takjub, aku melihat Zivaa. Dibawah naungan tenda tempat kami berjualan. Dan matahari pagi yang menyorot kearah Zivaa. Ia tetap berdiri melayani pembeli yang ingin membayar. Jika lelah ia duduk sebentar dan merapikan uang-uang hasil penjualan.

           Aku menawarkan gadis cilik ini untuk istirahat sebentar. Ia ku perbolehkan untuk berkeliling, membeli makanan dan minuman yang ada di stand-stand kakak kelas kami. Tetapi Zivaa menolak. Ia tetap ingin ditempatnya, menyelesaikan amanahnya.

Lihat selengkapnya