Sekolahku Sehangat Dekapan Bunda
“Namaku Tey.” seorang bocah cilik nan imut yang kini ada di hadapanku. Aku membungkukkan sedikit badanku, menyamakan pandanganku dengan pandangannya. Ia terlihat begitu percaya diri dan langsung bergabung bersama teman-temannya di TK-A Tomato.
Usia Kehara termuda saat itu, tetapi ia dapat mengikuti semua kegiatan. Kehara yang berani ketika saatnya tiba waktu outbond, tak sulit untuk memotivasi Key. Teringat ketika belajar salat zuhur, Key dengan semangat membawa alat salat ke sekolah.
Key yang selalu membawa buku antologi pertamaku “Selaksa Cinta Berjuta Warna” di dalam tasnya, ia suka dibacakan cerita tentang kakak Rhei yang ada di buku itu, dan ia pun menunjukkannya padaku. Key dan teman-temannya yang lain ingin sekali aku tetap melanjutkan latihan ku menulis, serta berharap suatu hari aku bisa menulis tentang mereka.
Bocah yang bertubuh mungil ini pun tak kalah semangat dengan teman-temannya ketika menyiapkan stand pengusaha cilik, waktu itu kami berjualan pizza talas.
Key dengan riang menghampiriku ke kelas, membantuku membawa barang-barang dagangan kami. Key selalu membawa makan siang yang sehat, ia selalu bangga menyampaikan bahwa makan siang ini buatan bundanya, “Bu Arun ini buatan bunda.”
Aahh mendengarnya dari Key membuatku kagum pada orang tua di Sekolah Kayu, betapa banyak anak seperti Key yang sangat bangga pada ayah dan bundanya. Dari Key aku belajar, bersyukur tentang kehadiran kedua orang tuaku.
Sejak awal aku bertemu Key, aku berpikir Bunda Key pasti sosok yang luar biasa, dan izinkanlah aku bercerita tentangnya, untuk sosok yang luar biasa.
Bunda Key berperawakan mungil, seorang ibu muda yang memiliki dua anak ini. Dengan senyum khasnya yang ramah ia mengantarkan Key ke sekolah. Bunda yang cantik dan terlihat sangat sabar. Bunda Key selalu mengamati perkembangan anaknya di sekolah, beliau selalu meminta waktu untuk konsultasi padaku.