Kata Arunika

Dian Fitriana
Chapter #25

Diary 5th Year#Sssst. . . Rahasia Affa!

Sssst…Rahasia Affa!

“Bu Arun ke sini deh aku mau membisikkan sesuatu.” pinta Affa padaku. Aku pun mendekatkan telingaku, ia pun mulai membisikkan sesuatu.

Lalu Affa berkata lagi, ”Ini rahasia ya jangan bilang-bilang Pak Dika.”

Aku pun hanya tersenyum dan mengangguk-angguk kecil tanda setuju.

“Ok, silahkan lanjutkan makan snacknya ya.” jawabku.

           Akhir semester ini, kelas kami kedatangan dua guru baru yang sedang magang. Guru yang pertama bernama Pak Ben. Anak-anak senang sekali padanya, karena ia dapat mengajari kami tentang hewan liar. Terlebih murid-muridku yang kebanyakan laki-laki.

Mereka bukan main gembiranya, setiap kali Pak Ben menceritakan tentang hewan-hewan liar. Bapak guru yang satu itu hobi memelihara ular. Pernah suatu hari ia membawa ular kesayangannya dan kami pun menontoninya. Tapi Pak Ben tidak begitu lama berada di sekolah kami. Nampaknya masih ada hal-hal lain dalam diri pak Ben yang belum cocok dengan kriteria guru yang sesuai dengan sekolah kami.

           Kami memang sedang membutuhkan guru laki-laki saat itu. Karena konsep belajar kami yang ingin menghadirkan figur ayah dan ibu dalam pembelajaran di sekolah. Maka wali kelas pun menjadi dua orang yang terdiri dari satu guru laki-laki dan guru perempuan.

Kriteria guru di sekolah kayu sebenarnya tidaklah sulit. Selain memiliki kompetensi yang baik, ada satu hal yang sangat sederhana tetapi pada praktiknya butuh kesungguhan yaitu mencintai anak-anak. Sehingga setiap kali ada guru magang yang singgah di kelasku, aku akan menjadikan kesan pesan anak-anak sebagai pertimbangan untuk memberikan penilaian mereka.

“Mas Haidar, bagaimana pendapatmu tentang Pak Ben?” Tanyaku pada Haidar, salah satu muridku.

“emmm, apa ya?” Haidar si periang itu berpikir sejenak.

“Enak sih, tapi biasa saja deh, lebih enak sama Bu Arun belajarnya.” Tambahnya diiringi senyumnya yang lebar.

“Yang betul Haidar?.” Jawabku sambil menggodanya.

           Sayang sekali Pak Ben tak bisa melanjutkan karirnya di sekolah kami. Karena belum sesuai kriteria yang dipersyaratkan. Kami tetap mengapresiasi usaha Pak Ben untuk mengajar.

           Sampailah di Maret, Pak Dika seorang guru magang di kelas kami. Selayaknya orang baru, Pak Dika masih banyak diam.

Dia terlihat mengamati kegiatan belajar dan mengajar yang sedang berlangsung. Ya pekan ini, dia mendapat tugas untuk menjadi observer di kelas kami. Sepertinya ia terbiasa mengajar anak-anak di kelas besar, walaupun masih banyak diam, kuamati anak-anak begitu senang dengan kehadirannya di sekolah.

 Ada yang mengajaknya bercanda dan ia pun menanggapinya. Ada yang minta dibacakan buku dan ia pun membacakan buku. Sebenarnya semua guru magang di tempat kami, juga melakukan hal yang sama. Tapi yang berasal dari hati akan sampai ke hati, dan itu yang tidak bisa direkayasa.

Lihat selengkapnya