Kata Arunika

Dian Fitriana
Chapter #26

Diary 5th Year#Sayang Bu Arun

Sayang Bu Arun

Laki-laki kecil itu masih menungguku di halaman. Dia masih setia di sana, menantiku sampai aku menghabiskan sarapan. Aku mengintip dari celah pagar ruang guru, ya ia masih di sana menungguku.

Namanya Aden, usianya 6 tahun. Tak terasa dua tahun sudah kebersamaan kami. Di semester akhir di TK-B, kemana ku pergi Aden akan membersamaiku di sana, seakan tahu bahwa sebentar lagi mungkin aku takkan mengajarnya lagi, ia akan segera naik ke tingkat Sekolah Dasar.

Semakin hari Aden terlihat semakin tumbuh tinggi. Perkembangan Aden sangat signifikan. Teringat dulu ketika pertama bocah manis ini menjadi muridku, pelajaran pertama untuknya adalah bagaimana cara membuka tutup botolnya sendiri. Aden yang kala itu motoriknya perlu mendapat stimulus pun sering mengalami kesulitan untuk membuka tutup botol.

“Bu Arun, bisakah membantuku untuk membuka botol ini?” Pinta Aden kepadaku.

“Baik Aden, sini aku bantu bukakan.”jawabku singkat.

Aden anak yang tak terlalu dominan, awalnya ia masih kelihatan asyik main sendiri. Ia memiliki wawasan yang cukup luas. Keluarga Aden senang membacakannya buku. Jadilah Aden seorang professor cilik. Setiap hari ada saja yang ia ceritakan. Hingga Bu Rini admin sekolah kami pun kelabakan menjawab pertanyaannya.

“Bu Rini, tahukah kamu siklus hujan?”

“Apa Aden, coba dijelaskan!” begitulah Bu Rini menjawab pertanyaan Aden.

“Bu Rini, tahukah kamu bagaimana terjadinya pelangi?”

“Apa Aden, coba kamu jelaskan!” wajahnya mulai menahan tawa melihat tingkah professor kecil ini.

Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan kembali adalah jurus yang sangat ampuh untuk menstimulus kemampuan bertanya pada anak usia dini. Mereka seperti spons yang menyerap apapun yang ada disekitarnya. Tak jarang aku pun menjawab tidak tahu, ketika yang mereka tanyakan diluar pengetahuanku dan mengajak mereka untuk bersama-sama mencari tahu jawabannya. Jadi tidak perlu kesal ketika anak-anak usia dini sedang banyak bertanya. Itu dia rahasianya.

Asyik main sendiri membuat tidak banyak konflik yang terjadi antara Aden dan temannya. Tapi hal ini ternyata bukanlah sebuah keuntungan, Aden tetap harus belajar bermain dengan teman-teman. Akhirnya aku pun mencoba selalu menemani anak-anak bermain, tak jarang aku ikut bermain bersama mereka.

Lihat selengkapnya