Cinta Yang Tak Tersurat
Kehadiran seorang guru perempuan di kelas taman bermain menjadi sebuah pemandangan yang umumnya sering kita temui. Bahkan pengalaman aku ketika kecil pun begitu, semua guruku perempuan. Mungkin karena perempuan identik dan lebih dekat dengan dunia anak-anak.
Sejak mengikuti program guru inspirasi dan mengajar di sekolah kayu. Aku menjadi tahu bahwa peran guru laki-laki untuk para anak usia dini juga sangatlah penting.
Di sini idealnya di dalam satu kelas akan ada 2 wali kelas, yaitu bapak dan ibu guru. Selain menjadi wali kelas mereka, kami juga memiliki peran yang serupa dengan orang tua, menghadirkan sosok ayah dan ibu di sekolah.
Para guru laki-laki di sekolahku sangatlah hebat. Terlebih kepada mereka yang mau mendedikasikan diri mereka mengajar di level Taman Kanak-Kanak. Seperti guru senior yang bernama Pak Nana. Dia pandai bernyanyi, membuat lagu dan menghibur anak-anak.
Ada seorang guru yang tak kalah hebatnya seperti Pak Nana teman Bu Pelita, seorang guru yang telah melahirkan banyak lagu anak-anak.
Guru laki-laki yang merupakan alumni guru inspirasi. Pak Adit namanya, anak-anak begitu senang bermain dengannya. Sebelum mengajar di Sekolah Kayu ia adalah seorang guru olahraga dan mengajar anak usia remaja.
Kini ia harus berhadapan dengan makhluk-makhluk kecil yang menggemaskan dan kadang merepotkan.
Kelas kami bersebelahan, Pak Adit harus memiliki effort yang sangat besar ketika awal tahun ajaran dimulai. Anak-anak usia dini yang hidupnya di sekitar rok ibunya, pasti akan sedikit aneh jika disambut oleh orang lain, apalagi laki-laki dewasa yang belum ia kenal.
Terkadang ada anak yang bisa beradaptasi dengan cepat, tapi tak banyak juga yang belum mau mendekat dengan makhluk asing bagi mereka seperti guru laki-laki.
Oleh karena itu akupun sering membantunya untuk menyambut mereka. Tapi itu tidaklah terlalu lama, Pak Adit seorang yang ramah, anak-anak pun cepat nyaman apabila dekat dengannya.