Kata Arunika

Dian Fitriana
Chapter #32

Diary 6th Years#Ken

Ken

Bu Neni memang guru yang sangat well prepare, dia berdiri di depan kelasnya, lalu memanggilku untuk menanyakan tentang persiapan perayaan pembelajaran.

“Bu Arun sudah buat apa saja, tinggal berapa hari ya perayaan pembelajaran Internasional akan diadakan?” ia memberondongku dengan pertanyaan dengan wajah sedikit panik, karena temanku itu selalu disiplin dengan waktu dan tugas yang diberikan.

Melihat Bu Neni panik, dalam hatiku pun tak kalah panik, karena aku belum memiliki persiapan yang banyak untuk perayaan kelas internasional, sepertinya Bu Neni salah bertanya, aku masih menikmati melukis bendera Afrika Selatan bersama anak-anak kelas Jerapah, Bu Neni terlalu cepat mempersiapkannya, walaupun aku menjadi ikut panik, aku senang berteman dengan Bu Neni, pertanyaan-pertanyaannya membuatku belajar untuk lebih well prepare.

Ken kelihatan panik sekali, ia mondar-mandir melintasi tangga untuk melihat dekorasi sebuah bendera Argentina yang sangat besar yang telah terpampang di depan kelas Bu Neni.

Kelas Jerapah masih asyik melukis bendera kecil-kecil Afrika Selatan, catnya masih basah, berwarna merah, biru, oranye, hitam, hijau dan garis putih. Aku memang mendesign kegiatan melukis bendera Afrika Selatan yang agak banyak sebagai stimulus motorik dan pre writing.

Anak-anak butuh terbiasa membuat garis tegak lurus, lengkung, lingkaran, zig-zag, dan agar tak membosankan, ternyata hal itu dapat dikaitkan dengan motif bendera Afrika Selatan, sehingga itu jauh lebih menarik dan bermakna untuk anak-anak ketimbang hanya sekedar menebalkan garis secara berulang. Penggunaan pembelajaran pada kehidupan, akan membuat anak tahu mengapa ia mempelajari hal tertentu.  

Bolak-balik Ken ke kelas Bu Neni, ia kembali lagi dengan wajah serius mendekati aku, kemudian berbisik

“Bu, Bu Arun kelas Bu Neni sudah pasang bendera ya bu,” kudapati wajah Ken tepat dihadapanku.

“Iya Ken, kan kita juga sedang buat Ken”

“Begini Bu Arun, jadi kita benderanya gak boleh sama pasangnya seperti kelas Bu Neni ya jangan di tengah seperti itu nanti kita disangka menyamakan lagi.”

Aku tersenyum ketika mendengar pandangan Ken tentang persiapan kelas kami yang tidak boleh menyamakan ide dengan kelas Bu Neni.

Aku tidak menganggap ini sebuah kompetisi, pendapat Ken tentang persiapan kelas bukan untuk menyaingi, ia berpikir sesuatu hal yang original, ide yang berbeda, menurutku itu hal visioner yang jarang dilakukan anak-anak seusia Ken. Aku senang menampung ide anak-anak dan memberi ruang untuk mewujudkannya dalam kegiatan pembelajaran.

Cara berpikir Ken yang visioner terkadang membuatnya panik sendiri dengan deadline yang kami buat, ia akan berpikir bagaimana hal yang ia inginkan berjalan sempurna, tapi Ken tetap anak usia 5 tahun, kadang ia terjebak pada pikirannya sendiri, sehingga aku menyebutnya alarm panik, karena ia akan bingung mengelola emosi paniknya dan setelah itu harus melakukan apa, itu membuat Ken pusing tujuh keliling.

Lihat selengkapnya