Aku Sudah Mirip Ibuk Arun Belum?
“May, Arbi, dimana kalian?”
“Kemana ya mereka...”
Suasana hari itu bertambah ramai dengan kehadiran dua murid baru di kelas jerapah, May dan Arbi. Anak-anak baru itu selalu punya energi yang luar biasa untuk berkeliling sekolah, mereka menjelajah ke semua tempat yang mereka belum pernah temui.
Kain penutup dari tirai tempat berganti pakaian terlihat bergerak-gerak, ada apa ya di sana, menarikku untuk melihat ada apa didalamnya. Kubuka tirai itu dan dua bocah terlihat di dalamnya,
“Hehe aku di sini” May tertawa sampai terkikik-kikik kecil dengan Arbi.
“Aku mau berganti pakaian sama sahabat...” Begitu Arbi memanggil sahabat barunya si May.
May gadis cantik berkulit kecoklatan, matanya berbinar dan mengangguk tanda ia dan sahabat barunya tak ingin terpisahkan.
“Oh sayang ya sama sahabat, aku juga sayang sama semua”
“Sahabat perempuan, Arbi kamu laki-laki, murid laki-laki dan perempuan harus berganti pakaian sendiri ya. Tidak boleh bersama-sama” kataku sambil menepuk bahu Arbi anak laki-laki, agar ia mudah mengerti apa yang aku sampaikan.
“Yah kenapa tidak boleh?”
“Karena kita bukan mahram, nanti kalau sudah berganti pakaian masing-masing, boleh main lagi”
“Ya sudah deh, nanti kita main lagi ya sahabat” Arbi memandang sahabat barunya yang cantik, ia mendengarkan kata guru dengan mudahnya.
Pertama kalinya May bertemu denganku, dengan rambut yang dikepang dua dengan rapi, ia gadis yang manis sekali.
"Alhamdulillah wa syukurilah" begitu kata May, ketika mengikuti hari pasar bersama kelas jerapah. May anak yang mudah beradaptasi, ia dengan mudah menjadi tim di kelas jerapah. Ini adalah kelas dengan murid terbanyak di tahun ke 6.
Pada project tema kafe bunga, semua anak dilatih untuk menemukan ide hingga pengeksekusian ide-ide baru yang anak-anak temukan.