Kata Mamak

elesia maria tamba
Chapter #12

Bekerja Keras dan Bekerja Puas

Syena mengusap wajahnya sambil mendengus panjang, berusaha menahan air mata setelah beberapa menit menerima teriakan bos perkara kesalahan anggotanya yang menginput data keuangan bulan lalu- bulan dimana ia masih berstatus sama seperti anak buahnya.

Kalau ku bilang itu bukan kesalahanku! Itu bukan di periode jabatanku! Aku pasti dapat teriakan jenis kalimat yang lain. Meski ini kesalahan ketua keuangan sebelum aku, tapi kenapa sebegitu kerasnya bos meneriakiku. Seperti anjing yang ketahuan mengambil sisa potongan daging terbaik tuannya yang kelaparan. Tidak adil!  

Syena menendang tong sampah di depan rekan-rekannya secara gamblang.

“Kau baik-baik saja?” tanya anak buahnya yang satu-satunya harus disalahkan, satu-satunya yang tersisa dari tim yang menurut Syena kerjanya nggak TOTAL, malah ke arah asal-asalan di depan DEADLINE.

“Matamu dan telingamu yang bekerja keras membelalak karena teriakan itu, nggak bisa menjawab sendiri pertanyaanmu?” Syena tidak mampu menahan emosinya. Ia yang dulu pro kerja total demi pekerjaan yang siap tanpa kesalahan dan demi custumer yang uangnya dipertaruhkan oleh kemampuan jemari di atas keyboard selama hampir lebih 12 jam setiap hari, kini seperti burung merak kehilangan bulu terbaiknya.

Lagi-lagi Syena membuat suara berisik. Kali ini ia mencampakkan agendanya ke atas meja, mengenai telepon mejanya dan kemudian jatuh serta membuat gaduh. Semua hanya diam menyaksikan tingkah lakunya. Peristiwa tak biasa. Syena yang terkenal dengan senyum kini seperti burung lapar yang siap mencakar. Dan untuk pertama kalinya keluar kantor di jam kerja. Kemarahan yang memuncak tak membuatnya menghawatir apapun, termasuk CCTV yang merekam jejaknya cabut.

“Kau kenapa?”

Syena diam.

“Kau mengajakku keluar di siang bolong yang panas ini, malah kau yang diam menatapi air mineral yang tak bergerak meski kau mencoa menggerakkannya dengan kedua bola matamu yang hampir keluar itu. Bicaralah!”

“Aku sedang kesal dan tak mau bicara.”

Biasanya kau jago curhat? Batin Preti. Masa hanya menemanimu diam?

Syena menatap Preti lama sambil menahan nafas, seakan ia bisa membaca pikirannya. Kemudian menunduk lagi sambil menghembuskan nafas.           

“Kali ini kau menahan nafasmu dengan sempurna.” Preti membentuk lingkaran dengan ibu jari dan jari telunjuk kanannya. “Kalau kalimat di otakmu sudah teratur dengan baik, kau boleh curhat sekarang,” sambil pelan-pelan melirik jam tangan.

“Aku disalahkan untuk pekerjaan yang gak pernah kusentuh. Bahkan paraf pun tak ada di berkasnya, tapi semua kesalahan itu dilimpahkan kepadaku.”

Preti mengangguk. Tapi ia masih tak mengerti mengapa Syena semarah itu. Setahunya perempuan itu tahan banting dan mental meski bos nya mencampakkan semua berkas kemukanya – disaksikan orang lain sekalipun.

Prakk…

“Itu bukan salahku!” Syena setengah berdiri seiring sembari memukul meja dengan kedua telapak tangannya yang hampir seharian membuat gaduh.

“Waw, Dia memakimu seperti binatang!”

Clingg… kilat di mata Syena terpancar jelas.

Lihat selengkapnya