Keseharian Kalisa
10 Juni 2018
Sehari Sebelum Cuti Bersama
Waktu berjalan sedikit lebih lama. Matahari terlalu betah bersembunyi di balik selimut awannya. Terlalu malas untuk menyapa manusia yang terlalu senang menyambut liburnya di esok hari. Namun, para karyawan Kubukita terlihat berbeda. Mereka terlihat bersiap untuk datang di hari terakhir bekerja. Bukan karena gaji ke-tiga belas. Uang itu sudah tersimpan di dalam amplop yang siap dibagikan pada sanak keluarga, sebagian lainnya sudah terpakai untuk membeli baju lebaran dan tiket pulang kampung untuk membayar rindu.
Alasan dari senyum mereka adalah kedermawanan Rick, Bos Penerbitan dan Percetakan Kubukita. Rick sedang mengadakan sayembara proyek, tentu saja, ia akan memberikan bonus tambahan bagi pemenang tender. Beberapa karyawan terlihat sudah menunggu Rick yang belum menunjukkan batang hidungnya di ruang rapat yang kini tak terpisah sekat.
Kalisa masih di meja kerjanya menatap ke arah lorong kaca yang beberapa kali dilewati oleh teman-teman kerjanya ke ruang rapat. Nita, salah satu ilustrator Kubukita terlihat mencoba mengintip apa yang dituliskan oleh Tata, editor junior Kalisa. Tidak ada sesuatu yang baru, termasuk Nita yang tertawa dan meneriakkan ide yang Tata tulis di dalam notesnya kepada teman-teman sebangsanya. Tanpa melihat ekspresi Tata pun, Kalisa tahu bahwa anak asuhnya kesal bukan main karena Tata harus mencari ide lain yang dapat diajukan pada Rick. Tata memang selalu bersemangat setiap kali Rick mengadakan sayembara seperti kali ini.
“Mbak, kamu punya ide nggak?” tanya Tata pada Kalisa yang kini menguap. Tata menggelengkan kepalanya, ia lupa jika Kalisa tidak pernah berminat mengikuti sayembara Rick. Hanya satu hal yang Tata yang membuat Kalisa bersemangat, pulang siang.
“Bos Rick datang.” ujar Tata beberapa saat kemudian. Kalisa terpaksa mengusir kantuknya menatap punggung Tata yang sudah berlari kecil ke arah ruang rapat. Rick memang belum datang, tapi Kalisa sudah belajar dari pengalaman, Tata memang semenyeramkan itu. Tata dapat mengendus kehadiran Rick yang masih menaiki tangga. Kalisa segera melangkahkan kakinya ke ruang Elliah yang memang memintanya mengabari kedatangan Bos mereka..
Elliah sedang memilin rambut keritingnya, menatap lekat layar monitornya. Satu kebiasaan yang semakin rutin ia lakukan di bulan Ramadhan ini, menikmati berbagai hidangan laut dengan matanya. Untuk Elliah hal itu cukup mengisi hatinya yang ikut kosong karena ia keinginannya mengikuti teman-temannya yang sedang berpuasa. Elliah segera membuka kantung riasnya, mencari sebungkus permen, membukanya, lalu mematut diri di hadapan cermin. Elliah memutuskan untuk mengganti warna lipstiknya. Ia ingin lipstiknya berwarna merah terang seperti cangkang lobster yang tadi ia nikmati.
“Uh, eksotik!” Elliah memuji dirinya sepenuh hati. Sembari bersenandung, Elliah mengambil kertas minyak menepuk pelan pada kulit wajahnya. Elliah memekik melihat sisa kilap sehat kulit gelapnya, ia benar-benar menyukai semua yang melekat padanya.
“Elliah Bellina Sutrisno, Papua!” Elliah berseru bak mengikuti kontes kecantikan nasional, lengkap dengan lambaian tangan anggun khas para peserta kontes kecantikan. Lambaian nanggung, kalau kata Kalisa yang tiba-tiba muncul membalas lambaian Elliah dengan wajah datar.
“Kalau kamu kesannya jadi kayak robot, Lis. Senyum yang lebar, dong!” Elliah mendengus sembari mengambil beberapa swafoto yang juga menangkap Kalisa.
“Si Rick sudah datang, yah? Ya, bentar deh. Oya, Lis, kamu kapan main ke Pantai Tak Bernama itu lagi? Kalau kesana aku ikut dong. Aku sudah lama ngidam lobsty. Ah, hari ini yuk. Aku ikut puasa makan siang sama kalian, kemontokanku berkurang nih. Sedih, tapi ikhlas kok. Hmmm, buku eike mana yak? Oh ini. Udah. Pena? Pinjem Lisa. Yes. Rapat yuuuk.” Seperti biasa, Elliah terus berbicara sambil membereskan alat riasnya. Kalisa diam tak bersuara, seperti biasa.
Elliah adalah orang pertama yang Kalisa temui ketika melamar kerja di penerbitan Kubukita. Elliah merupakan HRD yang mewawancarai sekaligus mengangkat Kalisa sebagai editor. Setelah bergabung dengan Kubukita, Kalisa barulah mengetahui bahwa posisi yang Elliah emban adalah manajer serba bisa.
Satu kelebihan Elliah yang selalu membuat orang bergidik, Elliah selalu memiliki beribu cerita unik yang entah darimana ia dapatkan. Terlalu banyak yang ia ceritakan sehingga tak bisa menyimpan rahasia. Kekurangan Elliah itu menyebabkan sebagian besar karyawan Kubukita merasa lebih aman untuk tidak terlalu terikat pada Elliah.
Kekurangan Elliah tidak berlaku untuk mereka yang tidak terbiasa bercerita seperti Kalisa dan Tata serta satu orang yang juga menjadi pengecualian, Rick. Tanpa Rick mohon padanya, Elliah akan menjaga cerita apapun yang Rick serahkan padanya. Ia selalu tunduk pada titah bosnya dan juga teman kuliah yang mempekerjakannya jauh sebelum Elliah mendapatkan gelar sarjana.
Begitu juga dengan hari itu, Elliah dan Rick memiliki rencana terselubung dibalik agenda rapat mereka. Sebulan yang lalu, Rick mengungkapkan kesirikan-nya pada industri konten kreatif, ia akhirnya meminta para karyawannya untuk memberikan masukan mengenai konten yang cocok untuk perusahaan mereka. Elliah pun sudah menuntaskan tugasnya untuk mencari dua anak magang yang tepat untuk menjadi bagian dari tim. Hanya saja, keduanya sepakat bahwa ada satu orang yang sangat cocok untuk menduduki posisi kepala pada tim tersebut, Kalisa.
Tentu saja, Rick tidak akan mau menyerahkan tanggung jawab itu secara cuma pada Kalisa. Ada satu prinsip yang Rick selalu emban dan sudah diketahui oleh seluruh karyawan di Kubukita, ‘Yang usul, yang macul’. Rick tidak segan memberikan tanggung jawab besar ketika seseorang gagasan bagus yang diajukan untuk Kubukita, tak ada batasan, bahkan untuk anak magang sekalipun.