Katalis

Aisyah A
Chapter #15

Dream

- Marina POV -

Untukmu Mike Andrew,

Alur sebuah rasa itu seperti hujan. Rintik, deras, setelah itu reda. Tapi, aku harap, meski nanti Jakarta banjir, rasaku padamu tak akan pernah reda. Karena bagiku, hujan adalah penghidupan dari gersangnya hatiku.

***

Aku menatap kuesioner rencana setelah kelulusan di hadapanku dan berhenti saat sebuah kolom bertuliskan – Universitas mana yang ingin aku tuju.

“Na? Udah sarapan?” tanya Andrew yang tiba-tiba sudah duduk di sampingku. Dia menyodorkan sandwich ke hadapanku dan sekotak susu.

“Kalopun udah, aku harap kamu tetep makan, biar kamu nggak keliatan pucet gini.” Andrew menangkup pipiku dan mengelusnya pelan. “Kamu keliatan kayak orang sakit tahu nggak, mata kamu keliatan sayu," ujarnya.

Aku tersenyum, kemudian mengambil sandwich yang dia bawa dan mulai memakannya. Sebelum ke sekolah, aku sarapan. Aku tetap makan makanan yang mama siapkan. Aku berusaha untuk bertingkah seperti biasanya, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Tapi, aku tahu….

Mama mulai berbeda, tatapan matanya saat memandangku berubah. Entah apa yang di pikirkan mama saat ini?

Kami perlu waktu….

Haikal tiba-tiba duduk di bangku depan, menghadap ke arah aku dan Andrew.

“Ndrew, temenin gue olahraga yuk," ajak Haikal tiba-tiba.

Andrew mengerutkan dahinya. “Tumbenan lo mau olahraga, biasanya paling banter futsalan doang lo. Ada angin apa lo?” sindir Andrew yang kuhadiahi pukulan kecil di lengannya, orang berniat baik itu dihargai, karena jika tidak dihargai itu sakit. Sungguh.

Haikal menyodorkan kuesioner yang sama sepertiku di hadapan kami.

“Lo yakin mau daftar tentara?” tanya Andrew membelalakkan mata. Sesaat aku pun terdiam, teringat pada seseorang.

Haikal mengangguk kecil sebagai jawaban. “Gue nggak pinter-pinter amat, gue mau ngikutin jejak bokap gue. Soalnya gue takut kalo kuliah lama-lama gue nggak bisa ngapa-ngapain, mendingan yang jelas kayak gini," jawab Haikal santai.

Lihat selengkapnya