Katalis

Aisyah A
Chapter #33

Too Sweet

- Marina POV -

“Gimana suasananya?” tanya Andrew yang sudah duduk di sampingku. Aku sedang menikmati udara segar di sebuah camping ground daerah Bogor, setelah melewati track yang luar biasa. Akhirnya pukul sembilan pagi kami sampai dengan selamat. Para laki-laki mendirikan tenda, sepertinya tenda sudah berdiri sehingga Andrew bisa ke sini menghampiriku.

Aku mengambil beberapa potret pemandangan hijau di hadapanku. “Pemandangannya bagus, udaranya seger. Menenangkan,” jawabku sembari menghirup dalam-dalam udara segar di sekitarku. Benar-benar melegakan. Cocok untuk healing time orang-orang sepertiku.

Andrew tersenyum sekilas. “Syukur deh kalo gitu.” Andrew mengikuti arah pandangku, kami duduk di sebuah tebing yang di bawahnya terdapat hutan dan sawah. Pemandangan yang tak akan kami temukan di Jakarta.

“Gue ke tenda dulu ya, Ndrew? Mau ambil minum. Nitip itu.” Tunjukku pada handphone dan kamera yang tergeletak di atas rumput. Andrew hanya mengangguk kecil.

Aku berjalan melewati pepohonan menuju tenda, namun langkahku terhenti saat mendengar suara Tiara dan Fardan dari balik pohon. Sebenarnya aku bisa saja jalan lurus dan menghiraukan mereka, tapi mereka mengobrol dengan nada suara yang tidak bisa dibilang pelan, dan itu justru membuatku semakin penasaran. So, akhirnya aku mendengarkan pembicaraan mereka.

“Ra, kamu nggak bisa mutusin aku kayak gini seenaknya. Dulu ayah kamu yang minta aku buat jagain kamu, dan sekarang kamu minta putus? Kamu serius?” tanya Fardan.

“Iya, kita berdua pasti tahu kalo ini yang terbaik untuk kita berdua,” jawab Tiara mantap.

“And then, bagaimana dengan orang tua kita? Mereka pasti bakalan kecewa.” Suara Fardan terdengar semakin nyaring.

“Jangan jadikan mereka alasan biar kita tetep bertahan dalam hubungan yang toxic ini, Dan,” ujar Tiara tak kalah kencang.

“Ra!” Suara Fardan semakin meninggi.

“Lo udah nggak cinta sama gue, ngapain lo bertahan sama gue? Gue nggak mau putus sama lo!” Tiara berjalan menjauh, namun dengan cepat tangannya dicengkeram oleh Fardan.

“Apa jangan-jangan kamu sudah ada cowok lain?” Fardan semakin mencengkeram tangan Tiara dengan kuat.

“Gila lo!” Tiara mengempaskan tangan Fardan, namun gagal. “Lo harusnya ngaca!” Ucapan Tiara itu membuat Fardan melepaskan cengkeraman tangannya, dengan cepat Tiara langsung berjalan menjauh dari Fardan yang masih terdiam di tempatnya.

“Katanya ambil minum, kok lama banget?” Andrew menarik syalku, membuatku langsung menatap ke arahnya. Aku tersenyum sekilas, kemudian melingkarkan tanganku di lengannya. “Yang lain lagi ngumpul di sana. Yuk, ikutan!” Aku menarik tangannya menjauh dari sana, berharap Andrew tidak melihat Fardan yang lagi duduk sendirian. Karena aku tahu, saat ini Fardan sedang tidak bisa diganggu. Dia butuh waktu sendiri.

“Eh, lo berdua. Sini ikutan,” seru Haikal. Aku menatap Haikal malas, namun tetap duduk di atas tikar yang telah tersedia di sana. Andrew hanya terkekeh melihat ekspresiku. Haikal menyebalkan.

“Nih, buat lo biar nggak marah lagi sama gue.” Rayu Haikal dengan satu buah sosis tusuk yang sudah dia bakar. Aku hanya diam, tapi aku tidak menolaknya. “Kalo soal makanan aja nggak bisa nolak,” ketus Haikal. Aku menatapnya sesaat, kemudian memakan sosisku tanpa memedulikannya.

Andrew terkekeh menatapku. “Mau?” tawarku.

“Boleh?” tanyanya. Aku mengangguk pelan. Dia kembali tersenyum, menangkup tanganku dan mulai menggigit sosis tersebut, membuatku terkejut dan melotot seketika. “ANDREW! KOK TINGGAL SEGINI?!” seruku saat melihat sosisku hanya sisa satu gigitan. Aku mengerucutkan bibirku kesal.

Lihat selengkapnya