Katalis

Aisyah A
Chapter #35

Wanna Try?

- Andrew POV -

“Andrew, papi mau bicara serius sama kamu, ada waktu?” ujar papi kini sudah duduk di sampingku.

Raut wajahnya terlihat sangat serius, membuatku mengira-ngira apa yang ingin papi sampaikan padaku. Tidak biasanya dia serius seperti ini, biasanya santai saja, mau aku ketahuan bolos, atau apa pun itu. Malah mami yang kebanyakan bicara serius sama aku.

“Ada apa, pi? Andrew lagi nggak sibuk kok,” ujarku sembari meletakkan ponselku di atas meja.

Papi menghela napasnya. “Papi udah denger soal Iris. Kamu udah pikirin semuanya matang-matang?” tanya papi masih dengan wajah serius.

Aku menghela napasku sejenak, kemudian mengangguk kecil. “Udah, Andrew udah memikirkan ini sejak lama sebenernya, udah bukan masanya Andrew main-main, kan?” ujarku mantap.

Papi mengusap bahuku. “Papi sih nggak masalah, papi cuma pengen anak-anak papi bahagia. Mau sama siapa pun kamu nantinya, selama kamu yakin, dan mau mempertanggung jawabkan keputusan kamu, papi sama mami bakalan dukung,” ujar papi dengan senyuman tipis di bibirnya.

“Thank you, Dad!” lirihku.

Papi mengangguk kecil, kemudian beralih memandangi mami yang sedang mempersiapkan makan malam. Setelahnya, papi langsung beranjak dari sampingku dan mendekat ke arah mami. Aku kembali meraih ponselku dan ternyata sudah ada pesan masuk dari Marina.

Nana: Ndrew, can you help me?

Aku mengerutkan dahiku, tiba-tiba saja perasaanku jadi tidak enak.

Me: What can I do for you?

Aku menggigit bibir bawahku, menunggu balasan dari Marina. Tidak seperti biasanya dia seperti ini.

Nana: Dateng, temenin gue di Cafe Caramel, kak Ryan ngabarin gue kalo mamanya minta ketemu. Kayaknya mamanya belum tahu kalo gue sama dia udah putus. Lo bisa nemenin gue, kan? Gue nggak bisa nolak, kan mamanya kak Ryan nggak salah apa-apa, gue juga akrab sama mamanya, gue putus sama anaknya bukan berarti putus hubungan sama mamanya, kan?

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengetikkan balasan untuk Marina.

Me: Oke. Tunggu, gue jemput lo. Kita ke sana bareng.

Aku berlari ke arah kamar dan mengambil kunci Audi A6 dan jaketku.

“Mi, Andrew makan di luar,” ujarku sambil berjalan ke arah pintu keluar.

“Makan sama siapa kamu?” tanya mami. Aku menghentikan langkahku, kemudian membalikkan badanku menghadap mami yang sudah berkacak pinggang di depan meja makan. Sedangkan, papi hanya mengedikkan bahunya di samping mami, papi tidak bisa diandalkan.

“Sama Nana, Mi. Sisain aja bagian Andrew, nanti Andrew abisin kok,” ujarku merasa bersalah karena mami sudah masak banyak makanan untuk makan malam kami.

Namun, beberapa saat kemudian wajahnya kembali terlihat santai. "Yaudah, hati-hati! Salam buat Ina!" Seru mami yang membuatku bernapas lega. Kalau sudah bawa nama Marina, mami jadi jinak seketika. Tidak tahu Marina punya jurus apa sehingga bisa menaklukkan mami. Bahkan, Iris pun tak begitu dekat dengan mami, padahal hubunganku dengan Iris sudah lumayan lama.

Sekarang Marina sudah duduk di sampingku. Wajahnya terlihat sangat tegang seperti mau naik halilintar. "Sini, gue pasangin," ujarku, kemudian meraih seatbelt dan memasangkannya. Marina wangi banget, padahal cuma mau ketemu mamanya si berengsek Ryan.

"Tumben banget pake long dress," ujarku sembari memerhatikan penampilannya yang jarang terlihat seperti ini. Dia lebih sering pakai celana kalau tidak rok pendek. Kalau sekarang ini terlihat lebih anggun. Tapi, kenapa aku tidak bisa mengalihkan perhatianku dari Marina? Sumpah, Marina cantik sekali.

"Iya, lagi pengen. Menurut lo gimana?" tanyanya sembari mengibaskan rambutnya yang terurai.

"Kalo mau ketemu mantan, dandannya biasa aja, nggak usah cantik banget kayak sekarang."

"Hmm.... Ndrew?"

Lihat selengkapnya