Katalis

Aisyah A
Chapter #42

Ice Cream

- Andrew POV -

"Wow!" Itulah reaksi Bianca saat aku mengenalkan Iris sebagai temanku. Well, apakah aku harus mengenalkannya sebagai mantan pacarku? Hmm.... Friend sounds better, right?

Lagi pula, kami sudah sepakat untuk menyudahinya dengan cara baik-baik. Walaupun sesekali Iris masih saja menghubungiku untuk meminta kesempatan kedua dalam hubungan kami. Tapi, jawabanku tidak pernah berubah sejak awal aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengannya. Karena hubungan kami tak akan berjalan baik, dan aku rasa itu sudah menjadi alasan yang cukup. Apa gunanya mempertahankan hubungan yang tidak terlihat bagaimana masa depannya akan berjalan? Dan menurutku, ini memang yang terbaik untuk kami.

"Hai, apa kabar?" sapa Iris pada Nana. Nana melemparkan senyum kepadanya sebelum menjawab. "Baik. How about you, Ris?" tanya Nana balik, dia terlihat sangat ramah pada Iris.

"You can see me," jawab Iris seadanya dengan menatap tubuhnya sekilas, kemudian beralih menatap ke arahku. "Kamu nggak nanyain kabar aku, Andrew?" tanyanya yang membuatku menaikkan satu alisku.

Aku menarik salah satu sudut bibirku ke atas. Well, Mike Andrew adalah orang yang ramah. So, tidak masalah sepertinya kalau cuma sebatas menyapa. "Gimana kabar kamu?" tanyaku.

"Feel better dibandingkan satu bulan yang lalu," jawabnya sembari melirik ke arah Nana. Sementara Nana masih terlihat tenang di kursinya, tak terusik sedikit pun.

"I'm glad to hear that!" jawabku sembari mengangguk pelan.

"Ehem.... By the way, I don't know what you all saying," ujar Bianca sembari melemparkan tatapannya satu per satu ke arah kami bertiga. "I just want to say that, nice to meet you, Andrew's woman. Like I've ever heard from Andreas, you're so beautiful," ujar Bianca tulus.

Nana tersenyum tipis. "Thanks. You too," jawab Nana.

Bianca tertawa kecil. "Well, we need to eat. So, have fun and enjoy your lunch date," ujar Bianca yang kemudian pergi bersama Iris ke meja yang lain.

Nana kembali fokus pada makanan di hadapannya, namun dia menjeda sejenak dan kembali menatap ke arahku. "Bianca cantik, ya?"

"Ya, kalo ada yang bilang dia jelek, mungkin tipenya semacam Ema Watson atau Gigi Hadid," jawabku asal.

"Dia kayaknya tipe kamu banget," ujarnya, membuatku mengerutkan dahiku.

Lihat selengkapnya