Katalis

Aisyah A
Chapter #46

What do You Want?

- Andrew POV -

Nana terbangun dari tidurnya ketika merasakan pergerakanku di sampingnya, dia berbalik menatapku yang baru saja ingin kembali memasuki selimut. Telapak tangannya memegang wajahku sebentar. "Dingin," rengeknya.

Semalam dia ketiduran di sofa bed setelah merampungkan series Fast and Furious. Aku pun demikian, kami tertidur bersama dalam artian yang sesungguhnya. Hanya tidur, aku bukan sosok yang seberengsek itu.

"Jam berapa?" tanyanya padaku, matanya masih setengah watt. Aku menarik tubuhnya untuk lebih mendekat ke arahku.

"Masih jam lima kurang, tidur lagi aja. Masih ngantuk, kan?" tanyaku yang dia jawab dengan sebuah anggukan kecil.

Aku menarik selimut untuk lebih menutupi tubuhnya sampai bahu. " Dingin?" tanyaku saat kulit tangan kami bersentuhan.

Dia kembali mengangguk. Aku mengecek suhu AC yang sepertinya terlalu dingin, akhirnya aku menaikkan beberapa derajat. Setelah itu, aku kembali mengungkung tubuhnya. "Mau bangun jam berapa?" tanyaku sembari mengusap kepalanya.

"Kita mau ke Haw Par Villa jam berapa?" tanyanya balik dengan suara serak khas bangun tidur.

"Sebangunnya kamu aja, Yang," jawabku, kemudian tak butuh waktu lama, dia kembali memejamkan matanya dan melanjutkan tidur.

Aku mengecup pelipisnya, namun bukannya ikut tertidur, aku justru memilih untuk tetap memandangi wajahnya yang terlelap. Wajah damai yang selalu aku idamkan untuk aku lihat saat aku membuka mata.

Aku mengungkungnya begitu erat, tanpa berniat melepasnya saat dia menggeliat. Bagaimana bisa sekali pun aku menatapnya tanpa jeda, yang ada hanyalah perasaan ingin melihatnya terus-menerus.

"Na?" lirihku, namun yang aku dengar hanya bunyi napas teratur dari Nana, yang membuatku tersenyum tipis. "Ini semua bukan karena kamu, Na," bisikku lagi, sebelum ikut meringsek masuk kembali ke dalam dunia mimpi.

"Good morning!" sapa Nana saat berjalan menuju meja bar yang berada di hadapanku dengan sesekali mulutnya masih menguap.

"Morning," sapaku, kemudian mengecup pipinya sekilas.

Dia memperhatikan apa yang sedang aku lakukan sekarang dengan teliti, sesekali mengucek matanya untuk memastikan apa yang dia lihat. "Kamu baking pagi-pagi gini?" tanyanya heran, sementara aku hanya terkekeh mendengarnya.

"Princess, sekarang sudah jam sepuluh, too late if you call this moment as morning sebenernya." Bukannya marah atau merasa tersindir, Nana justru tertawa tanpa dosa. Rasanya ingin aku campur sama adonan brownies yang sedang aku buat. Tapi jangan, mendingan aku peluk saja.

"Kamu bikin apa?" tanyanya.

"Brownies, kan waktu itu kamu request aku bikinin kamu kue apa aja yang rasa cokelat." Aku mengulum bibirku. "Yang aku jawab kalo aku mau bikinin, bahkan tiap hari sekali pun aku pasti mau."

Lihat selengkapnya