- Marina POV -
"Maaf ya, undangannya cuma buat dua orang, untuk keluarga dan lainnya cuma bisa nunggu di ruang tunggu," lirih Andrew yang berdiri di hadapanku, wajahnya terlihat menyesal yang justru membuatku terkikik geli.
"Nggak apa-apa. Cindy sama Airyn juga di sini, kamu nggak usah khawatirin aku." Aku merapikan baju toganya yang sedikit terlipat. "Semoga lancar, ya?"
Senyuman manis yang menghiasi bibirnya membuatku tak bisa untuk sedetik saja mengalihkan perhatian dari wajahnya. "Iya. Aku masuk dulu ya, Na," ujarnya dan aku mengangguk pelan.
Andrew mengusap kepalaku sebelum berjalan masuk ke dalam gedung. Mataku masih saja setia memandanginya, sampai akhirnya dia tenggelam di dalam lautan manusia.
Aku kembali duduk di salah satu kursi yang tersedia dan meletakkan hand bouquet yang aku beli untuk Andrew di kursi sampingku, sedangkan Cindy dan Airyn sibuk mengambil spot-spot foto yang instagramable. Tiba-tiba, ponselku berbunyi dan menampilkan sebuah contact number bertuliskan 'Tanti'.
"Halo, assalamu'alaikum!" sapaku.
"Subhanallah, walaikum'salam ya Ukhti! Kaifahaluki?"
"Bikhoirin walhamdulillah." Aku terkikik geli dengan sahutan yang keluar dari mulutku barusan. "Kenapa lo nelfon gue?" tanyaku to the point.
"Ngegas amat, Bu? Baru dapet jatah, ya?" ledek Tanti sembari tertawa di seberang sana. Lama-lama anak ini aku jodohkan dengan Fardan, soalnya cuma Fardan saja nih yang masih jomblo. Dan juga mereka sama-sama otaknya tinggal setengah, jadi pasti akan saling melengkapi.
"Udah buruan, mau ngomong apaan? Nggak tahu apa Princess lagi sibuk?"
Aku mendengar dengusan Tanti yang membuat suara telepon menjadi krasak-krusuk tidak jelas. "Lo beneran jadi pendamping wisuda Andrew, kan?"
"Maunya sih langsung merangkap jadi pendamping hidup juga, Tan."
"Gue serius, oncom!"
Aku terkekeh kecil. "Lah, ngapain juga gue bohong?"
"Ya, nggak ada gunanya sih, makanya gue tanya langsung. Kirain lo pergi sama Tiara."
Aku mengerutkan dahiku. "Kenapa jadi tiba-tiba sama Tiara?" tanyaku heran.
"For your information, Nana, seminggu ini Tiara nggak ada ikut bimbingan, dan nggak ada omongan apa-apa baik sama temen-temen atau Bu Manda. Dosen pembimbing lo itu nyariin dan ngiranya pergi sama lo."
"Nggaklah, gue udah izin juga minggu ini libur bimbingan dulu sama Bu Manda, Tan. Nggak mungkin juga gue jalan sama Tiara," jelasku.
"Iya, gue udah menduganya kok."
"Terus, kenapa lo nanya?"