Katalis

Aisyah A
Chapter #56

Who?

- Marina POV -

Butuh beberapa detik untukku menyadarkan segalanya yang sudah terjadi. Aku menormalkan napasku. Aku sadar jika Andrew tak melakukan apa pun. Dengan cepat, aku mengambil posisi duduk dan melihat sesuatu yang di buang oleh Andrew ke tempat sampah dalam keadaan masih utuh. Setelah itu dia mengenakan pakaiannya kembali.

"Kayaknya kita butuh teh. Take your time," ujarnya tanpa menatapku sedikit pun dan berjalan ke arah pantry.

Aku berjalan dari tempatku meraih blouse di atas lantai dan mengenakannya cepat setelah Andrew benar-benar hilang dari pandangan mataku. Kakiku berjalan menuju pantry di mana Andrew sedang menyeduh dua cangkir teh di sana. "What was that, Andrew?"

"Maksud kamu dengan 'that' di sini apa?" tanya Andrew balik, dengan suara tenang tanpa terdengar terusik sedikit pun.

"We haven't finished yet."

"We have." Andrew membawa dua cangkir teh tersebut ke atas meja makan. Dia menyodorkan satu cangkir ke hadapanku, kemudian sibuk menyesap teh tersebut dalam diam.

"Kita belum selesai, Andrew." Aku menatap Andrew dengan tatapan kecewa. "Kamu belum..."

"But, you've got yours already," ujar Andrew dengan suara tenang. "We can't go any further, Na. Don't force your body," lanjutnya.

Aku mencoba untuk terlihat tenang, meski rasanya aku cukup gusar akan semua hal yang ada di pikiranku sekarang. "This is not funny, Andrew! What's wrong with you?"

"Apa aku kelihatan lagi bercanda?" Dia meletakkan gelasnya dan menatap lurus ke arahku. "Sekarang aku nanya ke kamu, kenapa kamu kayak gini?"

"Andrew, please, jangan berakting dengan tujuan untuk mengalihkan topik."

"Aku nggak lagi akting sekarang. Itulah kenapa aku nanya kamu sebelumnya, 'Do you want it?', kamu nggak jawab aku dengan jelas, tapi apa yang kamu lakukan tadi membuatku berasumsi bahwa kamu emang menginginkannya. Dan, aku memberikan apa yang kamu mau..." Dia menjeda kalimatnya dan diisi dengan helaan napasnya. "Are you angry?"

"Kamu pikir siapa yang nggak marah diperlakukan kayak gini?" tanyaku tenang. "I almost feel like I'm a whoree."

"Kamu pasti tahu kalo aku nggak pernah menganggap kamu seperti itu, Na." Andrew menutup matanya beberapa saat sampai dia kembali membuka suara. "Lain kali, kalo kamu mau tahu tentang sesuatu, just ask me. Kamu nggak perlu memancing harga diriku seperti itu."

Hatiku terasa ngilu mendengar ucapan Andrew yang tepat sasaran. Entahlah, aku merasa sekarang sudah cukup dewasa untuk memikirkan segala hal dengan tidak menelan mentah-mentah apa pun yang aku dengar. Bukan. Ini bukan masalah tingkat kedewasaan yang aku miliki, namun sesuatu yang menyangkut pada percintaan tidak sepenuhnya bisa dipikirkan dengan logika, bukan?

"Can I ask one question?" tanya Andrew.

"Say it!"

"Kamu marah sama aku sekarang? Dan itu karena Maryam?"

Aku memilih untuk diam dan mengalihkan pandanganku pada cangkir teh di hadapanku yang masih utuh, tak tersentuh sedikit pun.

"Kayaknya aku tahu jawaban kamu tanpa kamu jawab. Seperti yang aku bilang barusan, kalo kamu mau tahu sesuatu, kamu tinggal tanya langsung ke aku, Na. Jangan bertingkah seperti tadi."

Lihat selengkapnya