KALAU kamu orang Indonesia pasti paham betul masalah kutukan bagi perempuan berusia kepala tiga dan belum memiliki pasangan.
Yep, hujatan kanan-kiri, depan-belakang, sampai todongan perawan tua!
Untungnya aku cukup beruntung tidak merasakan gejolak perempuan berusia di atas 30 tahun itu lama-lama. Lima tahun setelah aku menyandang kepala tiga, seseorang dari masa lalu datang kembali mengisi hari-hariku selanjutnya. Ah, rasanya kata “masa lalu” terlalu buruknya!
Oke, kuralat, seseorang yang pernah mengisi masa putih abu-abunya bersamaku. Ya, seperti itu.
Kami berteman baik sejak pertama kali ketemu di hari pertama memakai seragam SMA yang katanya memiliki aura mistis nan wow itu. Dan, ingat, takdir membawa peran superpenting! Kami ditakdirkan sebagai teman sebangku selama tiga tahun itu.Tiga tahun yang menyenangkan itu harus berakhir saat keberangkatannya ke Belanda sudah dipastikan. Beasiswa yang sulit didapatkan kalau itu membuat komunikasi kami terputus. Benar-benar terputus! Ya, tentu saja, itu sudah 20 tahun silam, ingat?!
Tapi, takdir kembali memerankan perannya dengan baik. Saat aku kelimpungan mendirikan usaha restoran, dia datang sebagai malaikat yang membantuku mengurus keperluan yang seabrek itu. Senyumannya yang masih khas dengan kerutan di bawah mata dan jari manisnya yang masih kosong membawa kabar gembira di tengah teriknya matahari musim kemarau kala itu. Ada air surga penuh kesejukan yang melegakan tenggorokan saat dia berniat serius denganku. Ya, serius, tapi tidak tergesa-gesa.
Di usia kami yang sama-sama menginjak angka 35 tahun, seharusnya menyiapkan keperluan untuk dibawa ke KUA jauh lebih diutamakan. Tapi, dia bilang kita tidak perlu buru-buru, meski serius. Dan lihatlah, empat tahun yang menyenangkan itu memberi kabar gembira juga!
Akhir-akhir ini kami disibukkan dengan mondar-mandir ke wedding organizer. Yap, kami akan segera menikah! Ah, kurang melegakan apa itu?
Sayangnya pembicaraan ini harus terputus karena dering ponsel di atas meja mengisi seluruh otakku.
Senyum semringah lantas muncul di bibirku melihat namanya muncul di layar Samsung S10-ku. Tak perlu drama, aku langsung menggeser layar, menerima panggilan itu.
“Hallo, di sini Honey Lemon yang menjawab,” kataku sambil cekikikan.
“Connected, connected, Ello si Raja Tawon mendeteksi,” jawab di seberang sana dengan cekikikan yang sama.