Alesha (November, 2021)
Hatciiih! Hatciih!
“Alhamdulillah” -Bisikku seraya mengambil selembar tisu, entah kenapa tiba-tiba hidungku terasa gatal seharian ini.
Sebenarnya tidak hanya aku saja yang kurang enak badan, tapi Mas Rendy dan Ayah juga sedang mengalami flu dan batuk. Memang akhir-akhir ini serba salah, jika sakit sedikit saja berkeliaran ke luar rumah pasti akan dilaporkan ke tim kesehatan, kemudian dilakukan tes Antigen untuk mengetahui positif covid-19 atau tidak. Akhirnya kami sekeluarga memang memutuskan melakukan karantina mandiri di rumah dan mengurangi aktifitas ke luar rumah karena khawatir menyebarkan virus.
Dengan masker seadanya aku masih membantu Adinda mengerjakan tugas sekolahnya seharian ini di rumah, lalu mengirim tugas untuk siswaku secara online. Seringkali muncul perasaan sedih dan khawatir saat mendengar kabar duka di pesan chat, atau speaker masjid. Tapi, aku hanya bisa berdo'a agar semua yang ditinggalkan tabah dan lapang, lalu yang sedang melewati masa kritis agar diangkat penyakitnya oleh Allah.
“Yarhamukillah” -Bunda menyodorkan segelas lemon hangat ke mejaku, yang telah dicampur madu asli dari gunung, katanya.
“Minum dulu, bersin terus daritadi. Jangan kecapekan, habis ini langsung istirahat” tambahnya lagi, lalu meninggalkan kamarku.
“Makasih Bunda” Jawabku yang masih fokus menatap laptop.
Klek! Pintu kamarku tertutup. Aku menoleh ke asal suara, rupanya Bunda juga berusaha menutupnya pelan karena takut menggangguku yang sedang serius membuat kisi-kisi soal untuk ujian sekolah bulan depan.