Bab 5
Ibarat Petir di Siang Bolong
Jum’at 10.30. Aku memandang Vostok-ku yang diberikan Pak Anwar. Tiba-tiba Goenawan menghambur menerobos kelas, "brak !" pintu jati reyot terbanting. “Fan !” ujarnya, setengah berteriak. Wajah Goenawan terlihat pucat. Seisi kelas yang tadinya riuh karena Pak Yanuar, guru matematika sedang berhalangan, tiba-tiba saja senyap dengan kedatangan Goenawan.
“Apa Goen ?” Ada apa ?” tanyaku gencar
“Pak Anwar !”
“Iya, kenapa dengan Pak Anwar ?”
“Ketabrak Fan !”
Aku tak membutuhkan penjelasan dari Goenawan lebih lanjut. Aku tarik lengan Goenawan, dan berlari keluar.
“Tunggu Fan, bukan di rumah !”
“Lalu, di mana, Goen ? Bicaramu tak jelas !" semprot Taufan.