KAU, AKU DAN GELORA REVOLUSI

Akhmad Faizal Reza
Chapter #28

Bab 26 Pulau Buru

Bab 26

Pulau Buru

Seorang lelaki nampak sedang berladang di tengah teriknya mentari. Ia melihat ke atas langit dan mengelap keringat dengan handuk kecil yang terkalung di lehernya. Ia bergegas pergi ke gubuk di pinggir perkebunan. Ia menuangkan air ke gelas alumunium, dan meneguknya dalam sekali tegukan. Ia tidak sendirian. Di sana ada seorang lelaki paruh baya sedang beristirahat.

“Bung Pram[1], kalau boleh aku minta izin untuk meminjam mesin tik  barang sejenak. Sebagai penulis, tentu Bung paham, tiba-tiba saja terlintas di benakku sesuatu, alangkah baiknya aku menuliskannya daripada menguap begitu saja”

“Tentu boleh, anak muda, asalkan hati-hati, kita masih selalu diawasi”

“Baik Bung, terima kasih sebelumnya.”

“Aku kagum sebenarnya, di tengah Pulau buangan seperti ini, ditahan dan diasingkan bertahun-tahun tanpa proses pengadilan apapun, dipisahkan dari istrimu, aku lihat kamu masih bisa menjaga kewarasan, apa resepnya ?”

“Panjang ceritanya, Bung Pram. Tapi, suatu kali aku pernah mendapatkan sebuah kuliah dari seseorang. Sebuah kuliah sederhana, bukan di bangku-bangku perguruan tinggi yang mentereng, tetapi di sebuah balkon perpustakaan. Berkat kuliah tersebut, aku masih bisa bertahan di sini, Bung !” ucap lelaki itu.

“Baiklah, Nak Taufan, kapan-kapan ceritakan kisahmu itu, dan jangan lupa, aku menyarankan agar engkau menuliskannya juga, pakailah mesin tik ini bila perlu“ ucap Bung Pram.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” tambah Bung Pram.

“Siap, Bung, karena sepertinya hari-hari kita di sini masih panjang..” Taufan tersenyum sembari meletakkan cangkul ke pundaknya dengan penuh tenaga.

Lihat selengkapnya