Kau Berkata

Dewinda
Chapter #43

43

Kevia berdiri bersandar di samping sebuah pintu kayu yang terbuka lebar. Darinya, anak-anak yang setengah tingginya sendiri berlarian dari dalamnya. Berseru-seru, tertawa-tawa, senda gurau mewarnai tingkah mereka. Gadis itu tersenyum mengamati kesemuanya.

Matanya kemudian bergulir ke arah gerbang yang cukup jauh dari posisinya berdiri. Berlawanan begitu jauh, dari ujung belakang gedung di dalamnya menuju ujung depan area bangunan itu.

“Mbak Kevia.”

Gadis itu terpekik pelan, terperanjat. Ia menolehkan kepalanya ke arah yang berlawanan dan mendapati Adzan yang meringis sambil menuturkan permintaan maaf pelan.

“Ih, ngagetin! Kenapa juga kamu dari situ?” sungutnya, menatap lorong sempit di samping tempatnya berdiri.

Adzan mendengus, seolah-olah pertanyaan Kevia tak masuk akal. “Mbak, aku takut banget papasan sama Mas Is. Keliatan banget dia nggak suka ada laki-laki ketemu istrinya.” Dia cemberut. “Mbak Kevia bisa bikin aku kena masalah ini,” gerutunya lagi.

“Bukan itu. Cuma karena kamu temannya Isarat.”

“Wow.”

“Begitulah kalau manusia udah cemburu, serba nggak masuk akal. Sampai-sampai aku suruh kamu ke sini. Dia nggak bakal nyangka kita ketemu di sini.” Kevia menghela napas.

“Aku ngerasa bersalah. Apa pantas, Mbak?”

“Di tengah-tengah banyak orang begini, di tempat umum. Bahkan, kita nggak bersentuhan. Apanya yang nggak pantas? Kita beragama patut berpikir juga, kan?”

“Ya, kan, laki-laki dan perempuan begini, Mbak.”

“Kalau begitu caranya, kerja di sekolah pun aku salah. Ada rekan kerja laki-laki banyak di sini. Ketemu orang tua murid pun salah. Banyak juga laki-laki yang bahkan tak beristri. Ke masjid denger ceramah pun salah. Ustadz-ustadz kebanyakan laki-laki.”

"Surat ini juga, surat dari laki-laki lain."

"Sudah cek isinya? Ada yang aneh? Pernyataan cinta atau nafsu?" tembak Kevia tanpa segan.

Lihat selengkapnya