Kau Seperti Ayahmu

Asep Saepuloh
Chapter #2

Bag.1 - Kuburan Hidup - Bab 1: Bayangan Ayah

Bagi sebagian anak, figur seorang ayah adalah pelabuhan:kuat, tangguh, dan menjamin keselamatan. Namun bagi Kesyha, ayah adalah badai. Sosoknya tidak hadir sebagai pelindung, melainkan sebagai sesuatu yang menakutkan; sebuah bayangan gelap yang setiap suara, tatapan, dan sikapnya menebar teror dan meresap ke dalam sumsumnya, menempa jiwanya dengan derita dan kerisauan yang tak berkesudahan.


Bagaimana tidak? Setiap kali ayahnya bersuara, dunia dirumahnya runtuh.


"Mana nasinya?! Jam segini belum ada apa-apa?!"


Bentaknya, nadanya menggelegar bagai petir di ruang makan yang sempit, menghantam seorang perempuan yang hanya bisa menunduk: ibunya.


Keysha yang menyaksikan dari balik pintu, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia membeku, diliputi ketakutan yang akrab namun selalu baru. Bagi anak-anak lain, pagi hari adalah sinar matahari yang hangat, alunan musik, kicauan burung, atau sekedar kalimat sederhana "selamat pagi nak."


Tapi keysha tidak pernah mengharapkan ucapan itu. Yang ia dambakan hanyalah keheningan. Sebuah pagi yang disambut tanpa teriakan, tanpa ketegangan. Hanya diam yang damai. Itu sudah lebih dari cukup baginya.


Namun, itu semua hanya mimpi di siang bolong. Kenyataannya, ia selalu berangkat ke sekolah dengan membawa bekal yang bukan nasi goreng atau roti isi kacang, melainkan beban yang terasa berat dipundaknya. Performa di sekolahnya tidak buruk; justru, ia cemerlang, terutama dalam olahraga, di mana ia bisa melepaskan semua amarahnya dengan menendang bola atau berlari sekuat tenaga.


Namun, belakangan ini, kehadirannya di kelas mulai tak menentu. Ia sering bolos. Awalnya hanya sekali, lalu semakin menjadi. Teman dan gurunya bertanya-tanya. Tapi sistem pendidikan sering kali buta;yang mereka pedulikan adalah kehadiran di daftar hadir, bukan badai yang melanda kehidupan seorang anak di luar tembok sekolah.


Hingga akhirnya, panggilan itu datang. Ibu keysha dipanggil ke sekolah.

Lihat selengkapnya