Kau Seperti Ayahmu

Asep Saepuloh
Chapter #12

Bab 11 - Pesan Yang Berisi: "Setelah Ayahmu, Kini Ibumu"

Kehidupan Keysha kali ini terasa seperti sebuah siklus yang kejam. Layaknya naik kelas, setelah ia lulus dari ujian yang satu --- kepergian ayah tirinya --- langsung dihadapkan pada ujian berikutnya yang lebih berat. Tanpa pekerjaan dan keluarga di dekatnya, hari-harinya diisi dengan kekosongan yang menusuk.


Ia kini tinggal di rumah seorang sahabat, berusaha tidak menjadi beban. Setiap hari diisi dengan membantu membersihkan rumah, memasak, atau sekadar menjadi pendengar yang baik. Keysha tidak pernah merasa direndahkan; justru, ia memandang semua ini sebagai pelajaran rendah hati yang harus ia lalui. Namun, di balik sikapnya yang tegar, ada rasa malu yang menggerogoti. Hidup bergantung pada kemurahan hati orang lain, sekalipun sahabat baik, bukanlah posisi yang nyaman baginya.


Komunikasi dengan ibunya hanya terjalin melalui pesan singkat dan sesekali telepon. Keysha rutin menengok ke rumah neneknya, perjalanan panjang yang ia lakukan dengan harapan bisa melihat secercah perbaikan pada ibunya.


Namun, hidup Keysha bukanlah sinetron yang penuh dengan keajaiban dan akhir bahagia. Jalan yang ia tempuh penuh dengan lubang, pecahan kaca yang siap melukai, dan tikungan berbahaya yang mengintai. Ia sudah terlalu sering berhadapan dengan ancaman, baik yang nyata maupun yang hanya ia rasakan.


Dan dalam salah satu kunjungannya, Keysha mendapat bukti paling nyata bahwa kekhawatirannya bukanlah hal yang tak berdasar.


Ia menemukan ibunya duduk lesu di sebuah kursi kayu tua di teras. Perubahan yang terjadi begitu drastis dan menyiksa untuk dilihat. Perempuan yang dulu gemuk dan riang itu kini menyusut, bagai bunga yang layu sebelum waktunya. Badannya kurus tak terurus, tulang-tulangnya terlihat jelas menyembul dari balik baju longgarnya. Wajahnya yang dulu cantik dan bersinar kini memudar, diselubungi oleh kepasrahan dan kesedihan yang begitu dalam hingga terasa seperti aura gelap di sekelilingnya.


"Bu, baik-baik aja kan?" tanya Keysha, suaranya bergetar halus. Ia berlutut dan mulai memijit kaki ibunya yang dingin, berusaha memberikan kenyamanan yang sedikit pun ia bisa.


"Ibu baik-baik aja, Key," jawab ibunya, suaranya lirih dan jauh. "cuma... ibu pengen liat kamu berhasil. Buktiin sama semua sodara-sodara bapakmu yang dulu, bahwa kita bisa mandiri."


Lihat selengkapnya