Kau Seperti Ayahmu

Asep Saepuloh
Chapter #14

Bab 13 - Penerimaan Tak Semudah Itu

Keesokan paginya setelah malam yang mencekam, Keysha berpamitan untuk kembali ke kota. Perpisahan itu terasa seperti mengoyak sebagian jiwanya. Setiap langkah menjauh dari rumah neneknya, dari ibu yang terbaring lemah, terasa seperti pengkhianatan. Nafasnya berat, seolah udara di kampung halaman itu lebih sulit untuk ditinggalkan daripada dihirup.


Namun, hidup memaksanya untuk terus bergerak. Kota dengan segala kekerasannya menuntut kehadirannya. Kerisauan yang ia bawa bukan lagi sekadar teman, melainkan sudah menjadi parasit yang melekat di jiwa dan raganya. Setiap detik diiringi oleh ketakutan akan telepon berikutnya, akan kabar buruk yang suatu saat pasti akan datang.


Di tempat kerjanya yang baru, diamnya menjadi lebih dalam. Bukan diam yang tenang, melainkan diam yang penuh dengan teriakan batin yang tak terdengar.


"Tumben diem banget? Kaya bukan kamu yang biasanya," sapa seorang rekan kerjanya, memecahkan kesunyiannya.


Keysha memaksakan senyum tipis, sebuah topeng yang sudah terlalu sering ia kenakan. "yoi, lagi kurang semangat aja. Belum gajian, jadi belum ada bahan bakar," candanya, kosong dan tanpa jiwa.


"Baru juga masuk kerja udah mikirn gaji. Santai dikit, gak usah tegang gitu, mending ngopi dulu lah," balas temannya, menyerahkan segelas air panas.


Keysha menerimanya. Ia menuangkan kopi instan ke dalam gelas, mengaduknya tanpa semangat. Hari itu, bahkan untuk sekadar bernapas pun terasa seperti sebuah tugas yang berat. Kehidupan menginap di rumah sahabat juga mulai terasa tidak enak. Rasa bersalah karena merepotkan dan menjadi beban adalah racun yang perlahan merusaknya dari dalam.

Lihat selengkapnya