Beberapa hari berlalu, membawa serta keanehan yang semakin menjadi. Pada suatu Kamis sore yang kelabu, Keysha merasakan sebuah keengganan yang aneh untuk pulang ke rumah sahabatnya. Bukan karena malas, tapi karena ada perasaan primal, sebuah naluri purba yang berteriak bahwa tempat itu tidak lagi aman. Seolah-olah ada sebuah benteng tak kasat mata yang memagari rumah itu, sebuah peringatan yang hanya bisa dirasakan olehnya.
Tapi, mau bagaimana lagi? Ia tidak punya pilihan lain. Dengan langkah berat, ia memaksakan diri untuk kembali.
Malam itu, rumah sahabatnya ramai tak seperti biasa. Suara tertawa, teriakan main game, dan dentuman kartu yang dilempar ke meja memenuhi ruang tamu. Namun, keramaian itu justru terasa seperti noise yang menutupi sesuatu yang lebih gelap. Keysha, seperti biasa, menyelinap ke pojokan kamar, mencoba tenggelam dalam dunia virtual untuk melupakan dunianya yang nyata.
"Sini Key, gabung lah!" sapa seorang teman.
"Nggak ah, males," jawab Keysha, matanya tak lepas dari layar.
"Kamu gak bosen di kamar terus?" goda yang lain yang sedang asyik bermain kartu.
"Bosen sih iya, cuma... nyaman aja gini," jawab Keysha, nadanya datar dan jauh.
"Ceritanya tapa nih biar jadi wali," ledek temannya.
"Yoi, tapa supaya bisa terbang ke bagdad kayak abu nawas," balas Keysha, memaksakan tawa yang tak sampai ke mata.
"Kebiasaan kamu, Key. Ditanya serius, jawabnya kemana-mana,"
"Haha... iya, canda."
Akhirnya, Keysha menyerah dan ikut bergabung. Ia duduk di lingkaran mereka, tapi pikirannya tidak. Ia seperti seorang pengamat, badannya ada di ruang tamu, tapi jiwanya melayang entah ke mana, selalu waspada terhadap sesuatu yang tidak dilihat orang lain.
Makin larut malam, satu per satu temannya pulang. Hanya tersisa beberapa orang yang menginap. Udara di dalam kamar tidur menjadi pengap dan sesak oleh tubuh-tubuh lelaki. Keysha merasa tidak nyaman. Sebuah kecemasan yang tidak jelas sumbernya membuatnya memilih untuk tidur di ruang tamu yang lebih lapang, meski sepi.
"Nah, kamu tuh. Kita masuk, kamu malah keluar," ujar sahabatnya.
"Gak kuat, gerah. Semua numpuk di dalem, mau royal rumble apa?" jawab Keysha, lagi-lagi dengan canda yang menutupi kegelisahannya.
"Candaan kamu itu yahhh," balas temannya sambil menggeleng sebelum masuk ke kamar.