Kau Seperti Ayahmu

Asep Saepuloh
Chapter #16

Bab 15 - Pergi Tanpa Pamit

Pagi setelah malam horor itu, jiwa Keysha sudah compang-camping. Kegaduhan di hatinya tak lagi bisa dibungkam oleh keramaian atau lelucon. Sebuah alarm berbunyi keras di kepalanya, terus menerus, memancarkan satu frekuensi: "Ibu".


Tapi Keysha mencoba mematikan alarm itu. Ia lelah. Ia hanya ingin rebahan, melarikan diri dari segalanya, bahkan dari nalurinya sendiri. Tubuhnya terasa berat, bagai dipenuhi oleh beton. Kejadian semalam telah menguras habis sisa keberaniannya.


Ketenangan paksa yang ia coba bangun tiba-tiba hancur berantakan oleh suara ketukan di pintu. Seorang tetangga, dengan wajah yang muram dan mata penuh belas kasihan, mencari Keysha.


"Key... key, turut berduka cita ya," ucapnya, suara bergetar.


Keysha membeku. Otaknya menolak untuk memproses kata-kata itu. "Loh? Ada apa, bu?" tanyanya, kerutan di dahinya mencerminkan kebingungan yang tulus.


"Eh, kamu belum tau? Ibu kamu... meninggal, Key. Tadi ibu liat di status whatsapp sodara kamu."


Kalimat itu menghantamnya bukan seperti batu, tapi seperti truk tronton yang melindas setiap inci dari tubuhnya. Dadanya sesak nan menyiksa, seolah semua oksigen di dunia menghilang. Seluruh tubuhnya bergetar liar, tidak terkendali. Dunia di sekelilingnya berputar dan mengabur.


"TIDAK!" itu adalah satu-satunya kata yang bisa keluar sebelum ia berbalik dan "lari". Ia berlari sekuat tenaga, bukan dengan arah, tapi dengan dorongan panik murni. Ia harus melihat dengan matanya sendiri. Ia harus memastikan ini adalah kabar burung, sebuah lelucon kejam.


Kebenaran itu menerimanya dengan tamparan yang lebih kejam. Tatapannya kosong, melayang entah ke mana. Jiwa sepertinya copot dari raga, meninggalkan cangkang yang hampa dan dingin. Ia tidak menangis. Belum. Tubuhnya masih dalam fase syok, menolak kenyataan yang terlalu pahit untuk dicerna.

Lihat selengkapnya