Pada akhirnya, kita semua adalah anak-anak yang berlari di atas puing-puing mimpi orang tua kita. Keysha akhirnya mengerti itu.
Dia berdiri di depan cermin, memandangi wanita dewasa di balik bayangan itu. Matanya telah menyimpan terlalu banyak cerita, terlalu banyak kepergian.
Dia teringat setiap orang yang pernah menyakitinya, setiap ketakutan yang membentuknya, dan setiap kehilangan yang nyaris merobek jiwanya. Tapi dia juga teringat pada kekuatan yang lahir dari rasa sakit itu, pada ketegaran yang ditempa dalam api penderitaan.
Mungkin, kisah Keysha ini memang mewakili suara banyak orang. Suara dari mereka yang tanpa sadar mewarisi luka turun-temurun, yang berjalan di antara dua dunia --- dunia masa lalu yang kelam dan dunia masa depan yang belum pasti.