Satu bulan berlalu sepertinya antara aku dan mas semakin akrab.Tapi sayang,mas Nuri memilih untuk pulang kampung,karena mungkin dia jenuh sulit mendapat pekerjaan.Pas aku pulang kerja,dia pamit ke aku.Semua tidak dipamiti kecuali aku.
Mas Nuri:”dek,aku besuk pulang kampung,kamu hati-hati disini ya,jaga kesehatannya dek,besok aku kesini lagi.”ujar mas Nuri
Aku:”iya mas,emang kenapa mas kok pulang?nggak jadi kerja disini ya mas?”
Mas Nuri:”jadi kok dek,kamu jangan pulang kampung ya.Dibetah-betahin di sini ya dek.”pesan mas Nuri padaku.
Aku hanya diam,sambil ku lirik wajah mas Nuri terlihat sedih,nggak seperti biasanya,ceria.Seusai berpamitan,dia bergegas kembali ke kontrakannya.Aku mengajak mbak Atun belanja ke pasar untuk membeli oleh-oleh yang akan ku berikan pada mas Nuri.Setelah selesai membeli dan membingkisnya,aku anterin ke kamarnya mas Kamdi.
Aku:”mas Kamdi,tolong besok sesudah sholat subuh,kardus ini suruh bawa mas Nuri ya mas.”suruhku pada mas Kamdi.
Mas Kamdi:”ini apa Nur?”tanya mas Kmadi padaku dengan bingung.