Cowok yang dulu mencariku waktu aku di Jakarta,mas Agus,rupanya orang yang beruntung dibanding mas Nuri,dia yang mendapat kesempatan mendekatiku lebih dekat lagi.Pagi aku berangkat kerja sudah disambut di teras masjid,menugguku dengan sabar dari habis subuh,hanya sekedar ingin melihatku dan menebar senyum ke aku.
Begitu pula bila malam tiba,setelah pengajian selesai,dengan sabar dia menungguiku untuk mengantarku pulang walau aku sudah berulangkali menolaknya.Suatu hari dia menjemputku ke pabrik.
Mas Agus:”dek,ayo main dulu yuk,beli sate.”