Aku disidang habis-habisan oleh kedua orangtuaku,setelah kedua orangtua mas Alman menemui orangtuaku dan membatalkan niatnya untuk berbesanan dengan menceritakan kejadian yang sebenarnya.Orangtuaku bisa menerima cerita orangtua mas Alman.Tapi aku sungguh sedih,aku tidak direstui dengan mas Nuri.Alasannya rumahnya jauh,orangtuaku kalau naik kendaraan mabuk,dsb.
Aku juga tidak direstui dengan mas Agus yang perekonomiannya lebih kaya dibandingkan dengan keluargaku.Jarak rumah kami terlalu dekat.Itu menjadi alasan orangtuaku menolak mas Agus.
Disaat aku terpuruk ,aku selalu berusaha mendekatkan diriku dengan sang pencipta.Tiba-tiba mas Nuri datang,itu pas hari minggu jadi aku pas libur.
Mas Nuri:”assalamualaikum..”
Aku:”waalaikumsalam”
Kami berdua saling memandang dan bengong.Setelah aku persilahkan masuk dan ngobrol kasana –sini,sebenarnya aku agak kecewa karena sambil ngobrol,berulangkali mas Nuri memutar-mutar cincin plastik yang melekat dijarinya.
Aku nggak ngerti maksudnya apa.Apakah barang itu mau dikasih ke aku atau dia mau memanas-manasiku bahwa dia sudah menemukan penggantiku?
Tiba-tiba mas Nuri mengeluarkan selembar kertas dan pena dari tasnya,dia menulis rute dan berkata
Mas Nuri:”dek,besok kalau ke rumahku,kamu lewat sini ya,ini aku kasih tahu”