Disepanjang jalan,kami selalu barengan,berdekatan terus dan ngobrol.Setelah sampai di jalan raya.Mas Nuri mempersilahkan aku untuk jalan duluan,dia dibelakangku.Dia sungguh memperhatikan keselamatanku dalam berkendara.Dari dulu dia tidak pernah berubah,selalu memperhatikan keselamatanku.Jalan agak sepi,aku refting kiri,menepi.
Aku:”mas..tak antar sampai sini aja ya.”
Mas Nuri:”kok sampai sini?
Mas Nuri bengong menatapku dengan tatapan yang kosong,sepertinya mas Nuri belum pengen berpisah.Masih pengen berduaan denganku.
Aku:”nanti mas Nuri lurus terus aja nanti ketemu jembatan.”
Lama banget mas Nuri bengong memandangku,seraya mengulurkan tangannya,ia berkata:”jabat tanga dulu nggak?”
Aku:”apaan...?”Aku mencubit pergelangan tangannya.
Aku benar-benar nervous.Tapi sebaliknya mas Nuri kelihatan senang banget saat aku mencubit tangannya.Akhirnya mas Nuri mengucapkan salam.
Mas Nuri:”aku pulang dulu ma..kamu hati-hati ya pulangnya.”
Kami berdua berpisah.Mas Nuri lurus dan aku putar balik kembali ke rumah.Kalau dulu mas Nuri memanggilku dengan sebutan dek.Setelah 18 tahun terpisah dan dipertemukan lagi,mas Nuri memanggilku “Ma”.Katanya biar mesra seperti artis-artis yang harmonis rumah tangganya.
Begitu pula aku,aku memanggil mas Nuri “beb” kadang “mas”.Karena aku terbiasa dikerjaan berkomunikasi memakai bahasa indonesia,aku juga terbiasa berkomunikasi dengannya memakai bahasa indonesia.Saat berbicara ditelphon,mas Nuri menegurku
Mas Nuri:”ma,tolong ya,jangan ngobrol pakai bahasa indonesia ma,aku nggak suka.”
Aku:”iya mas,maaf.Aku terbiasa dikerjaan memakai bahasa indonesia.”