KEAPARAT

Ibal Pradana
Chapter #8

Terbangun

Tangan itu merayap mencari angin. Bram meraba-raba aspal yang dipenuhi dengan serpihan kaca. Naomi masih menempel di kursinya kemudinya. Terlihat nafas kecil menderuh diantara tenggorokan dan dadanya.

Dua orang datang mendekati Bram. Orang itu melihati Bram yang sekarat, tak ada niatan menolong sama sekali.

"Masih hidup rupanya."

Kalimat itu seperti meledek. Dia tahu betul bahwa ada yang tidak beres. Namun Bran tak memiliki banyak kekuatan untuk sadar dengan kondisi sekitar.

Lalu sebuah sepakan mengayun untuk kesekian kalinya di wajah Bram. Membuat Bram lagi-lagi terbujur kaku di bumi.

Kaki orang ini memakai sepatu yang teramat keras. Bram dapat melihat empat kaki berada didepannya.

DOR DOR!!!

Suara tembakan melengking di udara. Bram yang hanya bisa mendengar tak banyak melakukan apa-apa selain berkedip. Dan sekarang dua raga mengikutinya untuk ikut terkapar di aspal.

Dua orang itu mati. Entah oleh siapa dia tak tahu.

Pria ini menempeli Bram dengan kain lembab. Itu obat bius. Selama 5 menit Bram terus dipaksa menghirupnya, terus menghirup, hingga mata itu tertutup.

Bram pingsan.

* * * * *

Sebuah cahaya jendela menampar wajahnya. Mengakibatkan jiwa itu kembali lagi untuk hidup.

Bram terbangun. Untuk kali ini dia tak sedikitpun mencium wangi Surga ataupun Neraka.

Seorang pria mendekatinya. Terlihat sosok itu memandangi Bram dengan serius. Dia rupanya seorang pria tegap dengan tinggi 170 cm. Menatap Bram seolah-olah mengharapkan dirinya untuk ditanya.

"Lu Majordomo itu?" Bram menatapnya sinis

"Hmm .... Bukan. Gue Malaikat. Yang udah nyelamatin lu."

Bram tersenyum sinis, "Ngga ada Malaikat yang nyelamatin seorang manusia. Yang ada Tuhan."

"Gue diutus Tuhan. Buat nyelematin lu. Bereskan?"

Mata Bram berputar mencari seseorang. Hingga dia sadar.

"Na—Naomi! Dimana dia?!"

"Gadis itu? Tenang aja,–sembari duduk di kursi–Dia lagi di Rumah Sakit sekarang. Kondisinya pasti baik-baik aja kok."

Lihat selengkapnya