KEAPARAT

Ibal Pradana
Chapter #9

Rencana

"Siapa Itu Pak Anton?" tanya Romawi.

Bram menutup kedua mukannya menggunakan telapak tangannya. Menyadari ada yang aneh. Pak Anton yang dia hormati sepertinya berjalan di jalur yang salah. Apa yang dia yakini malah semakin memaksa dirinya untuk mencari tahu.

"Lu ada ponsel? Disini ada AI?" Bram melihat seluruh dinding rumah Romawi.

"Gue ngga punya duit masang AI dan untuk apa juga pake AI? Nih ponsel gue." Menyodorkan Ponselnya.

Bram sekuat tenaga memegang ponsel itu. Mencoba diri agar bisa dalam posisi duduk. Romawi terus melihat Bram, tidak ada niatan menolong. Dia hanya ingin bertanya, "Mau ngehubungi siapa?"

Bram tak menjawab. Dia hanya fokus mengetik layar ponsel itu. Romawi kembali mengatakan, "Bram, kalau yang lu telpon itu keluarga. Jangan hubungi. Tapi kalau diluar dari pada itu ngga papa."

Bram berhenti mengetik. Matanya tertuju pada jendela, yang semakin menekan dirinya untuk mengingat suatu hal. Dari semalam dia tidak bermimpi apa-apa.

"Cewek gue. Gue ada janji sama dia. Sekarang gue harus hubungi dia, siapa tau dia bisa bantu."

"Hahahahaha," tawa Romawi membuat Bram heran.

"Kenapa lu? Woi? Apa yang lucu ha?" Bram membentak.

"Maaf maaf, ehem... Bram, kalau lu libatin cewek akan semakin memperparah keadaan. Lu jurnalis kok gini amat ya?"

Bram baru sadar apa yang dia lakukan. Dia menoleh ponsel itu kembali. Jarinya masih bergelantungan antara terus mengetik atau tidak.

"Iya, gue salah. Sekarang gue harus telpon Anoia supaya rumah gue aman."

"Loh, dia serumah sama lu? Keren banget lu."

"Bukan, Anoia ini AI. Gue bakal minta dia aktifin sistem darurat privasi. Supaya siapapun yang membuka pintu dengan paksa, maka semua data di rumah gue bakal di back-up. Gue yakin mereka mencari gue di rumah. Bahaya kalau semua tulisan gue mereka temuin. Bisa dihapus."

Romawi mengiyakan permintaan itu. Bram mulai menelpon Anoia.

Lihat selengkapnya